Minggu, 12 Februari 2012

PROPOSAL PTK USD RAYON 38

Konten Dewasa +17 ke atas.....

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LISTRIK STATIS PADA SISWA KELAS 9 MTs PADURESO KABUPATEN KEBUMEN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN











OLEH :
SIGIT NURROKHMAN, S.Pd.
NO. PESERTA : 11-0305-097-2-0055











PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 38
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
2011

LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1
Judul Penelitian
“Peningkatan Pemahaman Konsep Listrik Statis Pada Siswa Kelas 9 MTs Padureso Kabupaten Kebumen Menggunakan Metode Eksperimen”.
2
Pelaksanaan Kegiatan
Peneliti:
a.     Nama lengkap                     : Sigit Nurrokhman, S.Pd.
b.     Tempat dan Tanggal Lahir : Kebumen, 11 Mei 1981
c.     Jenis Kelamin                     : Laki-laki
d.     Pangkat/Gol/NIP                : -
e.     Jabatan Fungsional             : -
f.      Jabatan Struktural               : -
g.     Pendidikan Tertinggi          : Sarjana
h.     Bidang Keahlian                 : Pendidikan Fisika
i.       Alamat Madrasah               : MTs Padureso, Jl. Central PLTA Wadaslintang Padureso Kebumen Jawa Tengah 54394
j.       Alamat Rumah                    : Jebor Kulon RT 01/02 Ds.Kutowinangun Kec. Kutowinangun Kab. Kebumen Jawa Tengah 54393               
3
Lama Kegiatan             
4 bulan
4
Jumlah Anggaran yang Diajukan
Rp. 3.322.000,-

                                                                           Kebumen, 12 Oktober 2001

Mengetahui                                                                       Hormat Kami
                                                                                         
Kepala Madrasah,                                                             Peneliti,




Hamid, S.Ag.                                                                    Sigit Nurrokhman, S.Pd.









A.   Judul Penelitian

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LISTRIK STATIS PADA SISWA KELAS 9 MTs PADURESO KABUPATEN KEBUMEN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN


B.   Mata Pelajaran dan Bidang Kajian

Mata Pelajaran : IPA Fisika
Bidang Kajian  : Pemahaman Konsep Listrik Statis menggunakan Metode Eksperimen


C.  Pendahuluan

Dalam situs Jejaring sosial Facebook pada Alumni Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Purworejo ada teman membuat status,  “kata muridku guru fisika orangnya bikin tegang suasana kelas klu ngajar....”( http://www.facebook.com/groups/aansugiyanto/  Oktober 11  2011).  Pembelajaran ilmu Fisika pada siswa MTs memberikan suatu tantangan yang besar bagi para pengajarnya. Hal itu disebabkan oleh sebagian besar materi ilmu Fisika terdiri dari konsep-konsep yang abstrak yang harus diajarkan dalam waktu yang relatif singkat. Keterbatasan waktu juga menyebabkan pembelajaran beberapa konsep ilmu fisika mengacu pada transfer pengetahuan untuk mengejar target kurikulum. Selain itu sebagian besar guru pada prakteknya masih mengajar menggunakan metode ceramah. Transfer pengetahuan seperti ini tidak dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis dan menerapkan kecakapan hidup, siswa menjadi pasif, tidak termotivasi, dapat menimbulkan rasa membosankan dan menakutkan bagi siswa karena banyak rumus fisika dan konsep-konsep abstrak yang harus dihafalkan. Jika hal ini berlangsung terus menerus, tentu akan menurunkan kualitas proses dan hasil belajar fisika.
Hakekat IPA pada dasarnya menyangkut hasil dan proses (Rustaman, 1995). Kegiatan praktikum menurut Trowbridge &Bybee (1990 : 230-240) merupakan kegiatan yang berperan dalam mengembangkan ketrampilan proses siswa. Dengan demikian, kurang pelaksanaan praktikum di sekolah menyebabkan siswa kurang bisa menangkap materi abstrak.
Dengan melihat kenyataan yang demikian maka guru berusaha untuk menerapkan efektifitas praktikum pada siswa untuk saling mengamati  pada proses pembelajaran fisika. Metode tersebut dipilih karena dapat meningkatkat kualitas proses dan hasil pembelajaran. Peningkatan kualitas proses dapat diamati dari meningkatnya partisipasi dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran; sedangkan kualitas hasil belajar dapat diketahui dari adanya peningkatan rerata hasil belajar.
Berdasarkan beberapa kesulitan siswa memahami materi dan menerapkan konsep Fisika pada materi listrik statis, maka metode eksperimen diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Oleh sebab itu, peneliti melakukan penelitian tentang :
“Peningkatan Pemahaman Konsep Listrik Statis Pada Siswa Kelas 9 MTs Padureso Kabupaten Kebumen Menggunakan Metode Eksperimen”.                      Top of Form
Bottom of Form

D.  Rumusan Masalah dan Pemecahannya

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian tindakan kelas ini hendak memecahkan masalah :
a.      Apakah penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan kualitas proses belajar Fisika (diamati dari keaktifan siswa, motivasi siswa) materi listrik statis pada siswa kelas 9 semester 2  MTs Padureso ?
b.     Apakah penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar Fisika  materi statis pada siswa kelas 9 semester 2  MTs Padureso ?


E.   Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar Fisika pada siswa kelas 9 semester 2 MTs Padureso.
   Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
a.        Meningkatkan kualitas proses belajar Fisika materi listrik statis pada siswa kelas 9
         semester 2 MTs Padureso melalui penerapan metode eksperimen
b.       Meningkatkan kualitas hasil belajar Fisika materi listrik statis pada siswa kelas 9 semester 2 MTs Padureso melalui penerapan metode eksperimen




F.   Manfaat Hasil Penelitian

a.     Bagi siswa :
v dapat meningkatkan kualitas proses belajar Fisika pada materi listrik statis
v dapat meningkatkan hasil belajar Fisika pada materi listrik statis
v dapat meningkatkan ketrampilan / psikomotor

b.     Bagi guru:
v Dapat digunakan untuk menambah wawasan dalam usaha peningkatan proses kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan tuntas dan baik
v Dapat meningkatkan kreatifitasnya dengan menerapkan metode eksperimen
v Menumbuhkan budaya meneliti pada guru


G.     Kajian Pustaka
Proses Pembelajaran Fisika
           Proses adalah tahapan-tahapan yang dilalui dan dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangka menemukan suatu kebenaran.

            Proses pembelajaran Fisika yang dilakukan oleh para guru pada umumnya dan guru Fisika di MTs Padureso khususnya masih didominasi oleh kegiatan ceramah yang dilanjutkan dengan latihan soal-soal. Metode pembelajaran seperti itu memberi kecenderungan siswa untukmenghafal tentang konsep Fisika tetapi belum tentu memahami dengan baik, menjadikan siswa pasif dan hasil belajar fisikanya pun rendah. Pada pembelajaran di dalam kehidupan kita sehari-hari kata listrik
bukan merupakan hal yang asing lagi. Banyak peralatan rumah tangga yang menggunakan listrik, misalnya setrika, radio, televisi, lemari es, kipas angin, mesin jahit listrik, magic jar, dan mesin cuci.  Hal ini menunjukkan bahwa di dalam kehidupan kita energi listrik sudah menjadi kebutuhan pokok. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mempelajari listrik.
Dalam ilmu fisika, listrik dibedakan menjadi dua macam, yaitu listrik statis dan listrik dinamis. Listrik statis mempelajari sifat kelistrikan suatu benda tanpa memperhatikan gerakan atau aliran muatan listrik. Dalam ilmu fisika disebut elektrostatika. Sebaliknya, jika memperhatikan adanya muatan listrik yang bergerak atau mengalir, maka disebut listrik dinamis atau elektrodinamika. Thales dari Milete (540 - 546 SM) adalah ahli pikir Yunani purba, yang menurut sejarahnya bahwa gejala listrik statis terjadi pada batu ambar yang digosok dengan bulu. Ternyata batu ambar tersebut dapat menarik benda-benda ringan yang lain misalnya bulu ayam. Dalam bahasa Yunani batu ambar sering disebut elektron. Benda atau materi pada umumnya mempunyai jumlah proton sama dengan jumlah elektron benda disebut dalam keadaan netral. Jika keseimbangan antara jumlah proton dan jumlah elektron terusik yaitu   adanya   pengurangan   atau penambahan muatan elektron, maka benda tersebut dikatakan bermuatan listrik. Benda akan bermuatan listrik positif bila kekurangan elektron dan benda bermuatan negatif apabila kelebihan elektron.
             Cara tradisional untuk memperoleh benda bermuatan listrik bisa dilakukan dengan gosokan. Jika dua benda saling digosokkan, maka elektron dari benda yang satu akan pindah ke benda yang lain, sehingga benda yang kehilangan elektron akan bermuatan positif dan benda yang menerima pindahan elektron akan bermuatan negatif. Menurut Benjamin Franklin (1706-1790), adanya perpindahan muatan dari benda satu ke benda yang lain merupakan implikasi dari hukum kekekalan muatan, artinya pada saat terjadi gosokan antara dua benda, tidak menciptakan muatan listrik baru namun prosesnya merupakan perpindahan muatan dari satu benda ke benda yang lain.
Sebenarnya untuk perpindahan elektron antara dua benda keduanya tidak perlu digosok-gosokkan, cukup dikontakkan atau ditempelkan saja, tetapi dengan saling digosokkan, maka perpindahan elektron akan lebih mudah. Mengapa?
Jika ingin memperoleh logam bermuatan dengan cara gosokan, maka logam itu harus diisolasi dari tanah agar muatannya tidak dinetralkan, karena adanya aliran elektron ke tanah bila bendanya bermuatan negatif, atau sebaliknya elektron dari tanah bila benda tersebut bermuatan positif. Atau jika pemegang tidak pakai sepatu yang bersifat isolator maka muatan listrik bisa mengalir melalui tangan, badan, dan kaki si pembuat eksperimen. Seorang ahli telah menyusun deret benda-benda, lihat Tabel Deret benda tersebut menunjukkan bahwa benda akan memperoleh muatan negatif bila digosok dengan sembarang benda di atasnya, dan akan memperoleh muatan positif bila digosok dengan benda di bawahnya. Deret semacam ini dinamakan deret tribolistrik.
                                            Tabel 1.1 Deret Tribolistrik
No.    Nama Benda         No.      Nama Benda
1.     Bulu kelinci               8.      Kayu
2.     Gelas                        9.      Batu Ambar
3.     Mika                       10.       Damar
4.     Wol                        11.       Logam (Cu, Ni, Ag)
5.     Bulu kucing             12.       Belerang
6.     Sutra                     13.       Logam (Pt, Au)
7.     Kapas                     14.       Seluloid

 . Listrik statis pada penggaris misalnya, siswa dapat menghafal listrik statik yang dibentuk oleh rambut dengan penggaris, tetapi belum tentu dapat menjelaskan bagaimana proses pembentukan listrik statik dari penggaris dengan rambut juga kenapa kertas dapat bergerak-gerak kalau didekati penggaris .
           Menurut Tobin etal (dalam Dasna dan Fatchan, 2008), berdasarkan pandangan konstruktivistik dinyatakan bahwa pengetahuan atau pengertian yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari konsep konstruktif (aktif) yang berlangsung terus menerus dengan cara mengatur, menyusun dan menata ulang pengalaman yang dikaitkan dengan struktur koqnitif yang dimiliki.
           Dari pandangan tersebut dapat diketahui bahwa proses pembelajaran dalam kelas hendaknya berorientasi pada siswa karena merekalah yang menyusun konsep-konsep yang ditemukan. Guru sebagai fasilitator dapat membantu siswa mempermudah pemahaman dan memberikan arahan agar tidak terjadi kesalahan konsep.
           Pada penelitian ini, pemecahan masalah rendahnya kualitas proses dan hasil belajar Fisika di MTs Padureso menggunakan metode eksperimen.

Pendekatan Pembelajaran Sains
           Ada beberapa pendekatan dalam pembelajaran sains, a.l : pendekatan faktual, konseptual dan pendekatan proses. Pendekatan faktual, dan konseptual masih mengutamakan produk sains, sedangkan pendekatan proses menekankan bagaimana siswa terlatih melakukan sains untuk memperoleh produk sains. Dengan demikian pendekatan proses memacu adanya sikap kreatif, berpikir kritis, logis, sistematis dan bersikap terbuka dalam diri siswa.
           Salah satu metode yang menerapkan pendekatan proses adalah metode eksperimen. Metode ini sangat efektif untuk menumbuhkan motivasi siswa, bila siswa turut aktif bereksperimen, maka ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman praktik untuk mengembangkan kecakapan ketrampilannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar Fisika
           Hasil belajar adalah nilai (perubahan) yang dicapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar Fisika. Hasil belajar merupakan indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa, juga sebagai indikator terhadap daya serap siswa.
           Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, diharapkan melalui metode eksperimen dapat meningkatkan kualitas peroses dan hasil belajar Fisika materi listrik statis pada siswa kelas 9 semester 2 MTs Padureso.

H.  Prosedur Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 9 MTs Padureso pada tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas yang ingin mengungkap seberapa efektifitas praktikum mata fisika dengan cara saling mengamati pada siswa kelas 9. Penelitian ini dilakukan dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari 4 tatap muka (pertemuan).
Prosedur pelaksanaan penelitian dapat digambarkan secara skema sebagai berikut :
Gambar 2.1
S kema Prosedur Penelitian
 Tahap Orientasi :
     a. Menentukan / Identifikasi Permasalahan dan Fokus Permasalahan.
     Permasalahan penelitian merupakan suatu kondisi yang tidak diharapkan keberadaannya dalam proses pembelajaran.  Permasalahan tersebut merupakan temuan yang dapat dijadikan sebagai permasalahan dalam penelitian.
Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi permasalahan yang disusul dengan penyusunan kerangka pemikiran dan menyusun hipotesis awal guna mendapatkan gambaran sementara untuk melakukan pelaksanaan penelitian dalam mengatasi masalah yang telah diperoleh.
      b. Perencanaan Tindakan.
           1) Tahap Persiapan, meliputi :
·       Mengidentifikasi permasalahan,mengumpulkan data pendukung berupa data primer dan data sekunder
·       Menyusun kuesioner untuk diisi oleh siswa
·       Menyusun daftar hadir dan alat-alat dokumentasi
2)     Tindakan (action) kegiatan mencakup
·       Siklus I dimulai dari refleksi awal, kemudian dilanjutkan dengan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi akhir.
·       Siklus II (sama dengan siklus I)
3)     Observasi (pengamatan)
Pada tahap ini peneliti akan mengadakan pengamatan hasil belajar siswa dari keaktifan siswa  yaitu :
·       Keaktifan siswa dalam diskusi
·       Banyaknya siswa yang bertanya 
·       Banyaknya siswa yang  menjawab pertanyaan guru/siswa lain
·       Memberikan pendapat
4)     Refleksi
Pada kegiatan akhir tiap siklus perlu adanya pembahasan antara siklus-siklus tersebut untuk dapat menentukan kesimpulan atau hasil penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan ini peneliti menggunakan beberapa prosedur pengumpulan data agar memperoleh data yang objektif. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1)      Observasi  
Obsevasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Zuriah, 2003). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.
Ada dua observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian tindakan ini, diantaranya : (I) Obsevasi langsung, adalah pengamatan yang dilakukan dimana observer berada bersama dengan objek yang selidiki. Artinya peneliti ikut berpartisipasi secara langsung saat peristiwa terjadi. (2) Obsevasi tidak langsung, adalah observasi yang dilakukan dimana observer tidak berada bersama dengan objek yang selidiki. Tetapi, peneliti menggunakan daftar cek (Check List) dalam menggali atau mengumpulkan data ketika menggunakan terknik ini.
2)      Wawancara
Wawancara merupakan salah satu prosedur terpenting untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, sebab banyak informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara. Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat peneliti melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa kelas 9  dan guru - guru IPA  Madrasah Tsanawiyah Padureso.
3)      Dokumentasi
Zuriah (2003), menjelaskan bahwa dokumentasi merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum -hukum lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.
4)     Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:
a.  Sebanyak > 75% siswa dapat memahami materi listrik statis
b. Ketuntasan belajar tercapai jika 85% siswa mendapat nilai > 65
c. Untuk kriteria keaktifan siswa mendapat nilai baik, dilihat dari hasil penilaian  instrument.

Lokasi dan Subyek Penelitian
1.    Tempat penelitian
             Lokasi penelitian adalah MTs Padureso, alamat : Jalan Central PLTA Wadaslintang Sendangdalem Padureso Kebumen.
2.    Subyek penelitian
Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai subyek adalah  siswakelas 9 A dengan jumlah 40 orang.
3.    Waktu
      Penelitian ini dilaksanakan selama 1 minggu, pada pertemuan pertama merupakan pelaksanaan siklus I dan pertemuan kedua merupakan pelaksanaan siklus II.

Variabel penelitian
Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah: kualitas proses dan hasil belajar Fisika; penggunaan metode eksperimen.

Rencana Tindakan
Secara operasional prosedur penelitian tindakan kelas yang diterapkandalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
SIKLUS I
1.   Perencanaan (planning)
Melaksanakan observasi tentang permasalahan yang ada, mempersiapkan silabus dan rencana pembelajaran dengan materi cahaya (sub konsep pemantulan cahaya pada cermin datar),menyusun jadwal penelitian dan instrumen monitoring. Guru membuat lembar kerja (petunjuk eksperimen),lembar pengamatan eksperimen dan soal-soal yang digunakan sebagai bahan diskusi keompok. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar selama 2 kali pertemuan, mempersiapkan soal-soal sebagai evaluasi menyeluruh.
2.   Pelaksanaan tindakan
a.     siswa diberi penjelasan tentang pembelajaran menggunakan metode eksperimen
b.     guru memberikan appersepsi dengan memberi beberapa pertanyaan
c.      guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari
d.     siswa dibagi dalam kelompok-kelompok secara acak.
e.      siswa ditugaskan untuk bergabung dengan kelompoknya masing-masing
f.      guru membagikan cermin datar dan benda (dapat berupa lilin) pada masing-masing kelompok
g.     siswa diminta melakukan eksperimen sesuai petunjuk kerja
h.     siswa diminta mengumpulkan laporan hasil kegiatannya
i.       meminta siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
j.       melakukan pembahasan dengan cara diskusi kelas
k.     memberi penguatan berupa konsep-konsep penting
l.       memberikan tes untuk mengetahui penguasaan konsep yang dipelajari secara individual.
3.     Pengamatan (observasi)
Selama tahap pelaksanaan peneliti melakukan observasi terhadap kegiatan siswa pada masing-masing fase yaitu eksperimen, diskusi kelompok, laporan kegiatan dan ketrampilan proses siswa selama pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.
4.   Refleksi
a.   Analisis hasil observasi mengenai :
-            keaktifan siswa melakukan eksperimen, partisipasi dalam kelompok
-            Hasil kegiatan kelompok
-            Jawaban pertanyaan dan kaitannya dengan hasil kegiatan kelompok.
b.  Bebarapa indikator keberhasilan pada siklus I
Aspek
Pencapaian
Siklus I
Cara  mengukur
Keaktifan siswa melakukan eksperimen
20 %
Diamati saat  eksperimen berlangsung, lembar pengamatan oleh peneliti. Diamati dari siswa yang aktif dalam melakukan eksperimen
Interaksi antar siswa dalam kelompok
15 %
Diamati ketika siswa melakukan diskusi, dicatat keterlibatan masing-masing siswa dalam kelompok
Ketepatan waktu dan cara mengerjakan leporan
25 %
Diamati dari  ketepatan mengumpulkan laporan dan penilaian isi dari laporan yang dibuat
Ketuntasan hasil belajar
40 %
Dihitung dari nilai tes. Siswa yang memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 70 dinyatakan lulus



SIKLUS II
           Pada siklus II dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus I tetapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada siklus I, sehingga kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I tidak terjadi pada siklus II. Beberapa alternatif meningkatkan hasil yang dicapai adalah dengan mengubah cara pembentukan kelompok, yang mula-mula ditunjuk oleh guru, pada siklus II siswa boleh menentukan kelompoknya sendiri.
Bebarapa indikator keberhasilan pada siklus II
Aspek
Pencapaian
Siklus II
Cara  mengukur
Keaktifan siswa melakukan eksperimen
20 %
Diamati saat  eksperimen berlangsung, lembar pengamatan oleh peneliti. Diamati dari siswa yang aktif dalam melakukan eksperimen
Interaksi antar siswa dalam kelompok
15 %
Diamati ketika siswa melakukan diskusi, dicatat keterlibatan masing-masing siswa dalam kelompok
Ketepatan waktu dan cara mengerjakan leporan
20 %
Diamati dari  ketepatan mengumpulkan laporan dan penilaian isi dari laporan yang dibuat
Ketuntasan hasil belajar
45 %
Dihitung dari nilai tes. Siswa yang memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 70 dinyatakan lulus



I.     Jadwal Penelitian

No
Uraian Kegiatan
Minggu ke
ket
1
2
3
4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menyusun proposal PTK
Menyusun rancangan penelitian
Konsultasi proposal PTK
Studi pustaka dan acuan referensi.
Penyempurnaan bab I,II,III
Pelaksanaan siklus I
Pelaksanaan siklus II
Menyusun bab IV dan V
Melaporkan hasil PTK


















Catatan:  Jadwal Kegiatan Penelitian tersebut di atas berlangsung selama 1 bulan (4 minggu)


J.    Biaya Penelitian

No
Nama Bahan
/Kegiatan/Pelaksanaan
Volume
Biaya satuan
Biaya

1
Kertas
2 rim
36,000
72.000
2
Fotokopi
1 kegiatan
250,000
250.000
3
ATK
1 paket
400,000
400.000
4
Pengolahan
1 program
450,000
450.000
5
Transportasi , akomodasi, konsumsi
1 kegiatan
750,000
750.000
6
Presentasi
2 bulan
200,000
400.000
7
Honor peneliti
2 orang
500,000
1.000.000

JUMLAH


3.322.000



K.  Personalia Penelitian

Peneliti Kolaborasi :
1.     Peneliti Utama           :  Sigit Nurrokhman, S.Pd.
2.     Peneliti Pendamping  :  Rinowati,S.Pd.



L.   Daftar Pustaka

Ganawati,Dewi dkk. ( 2008 ). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam: Terpadu dan kontekstual IX untuk SMP/MTs. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Kuswati Nur. (2008). Contextual Teaching and Lerning Ilmu pengetahuan Alam : Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas IX Edisi ke-4 . Jakarta : Pusat Perbukuan.departemen Pendidikan Nasional

Depdiknas. 2005.a. Materi Pelatihan Terintegrasi IPA, Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Direktorat PLP.

Depdiknas. 2005.b. Materi Pelatihan Terintegrasi IPA, Model-Model Pengajaran dalam Pembelajaran IPA. Jakarta: Direktorat PLP.














M.  Lampiran-Lampiran