Jumat, 27 September 2013

Rekrutmen Guru Perintis Kabupaten Puncak Tahap I Tahun 2013

Konten Dewasa +17 ke atas.....

Dalam rangka akselerasi peningkatan kualitas pendidikan di daerah, kami mengundang sarjana-sarjana kependidikan terbaik dari seluruh Indonesia untuk mendedikasikan diri dan keahliannya dengan menjadi Guru Perintis di kabupaten Puncak, provinsi Papua. Pada tahun 2013 ini dibutuhkan minimal 40 orang sarjana kependidikan dari berbagai bidang studi yang akan ditugaskan sebagai Guru PAUD, SD, SMP, dan SMA.
Program Guru Perintis terbuka luas bagi para sarjana kependidikan yang memiliki semangat juang, komitmen dan dedikasi tinggi, senang menghadapi tantangan baru, dan siap dengan peluang masa depan yang lebih baik. Para pelamar yang memenuhi syarat akan mendapatkan kontrak kerja selama 2 tahun sebagai Guru Perintis dan memiliki peluang khusus untuk diusulkan dan diangkat sebagai PNS di kabupaten Puncak.
Poster, ketentuan dan persyaratan selengkapnya unduh di sini. Interaksi segera dan pertanyaan bisa melalui Facebook page Pokja Papua UGM.

Kamis, 10 Januari 2013

Ufa Hibbatillah: Mikroskop

Ufa Hibbatillah: Mikroskop Konten Dewasa +17 ke atas.....https://www.facebook.com/sigitnurrokhman

Mikroskop

Konten Dewasa +17 ke atas.....

Mikroskop

Fisikastudycenter.com, Contoh soal dan pembahasan alat optik-mikroskop, materi fisika SMA kelas 10 SMA, jarak bayangan obyektif okuler, perbesaran mikroskop, panjang mikroskop dengan berbagai cara pengamatan, mata berakomodasi maksimum, mata tidak berakomodasi dan mata berakomodasi pada jarak tertentu.

Soal
Perhatikan gambar pembentukan bayangan pada mikroskop di bawah dengan asumsi titik dekat mata normal adalah 30 cm, tentukan:
1) jarak bayangan yang dibentuk oleh lensa obyektif mikroskop
2) perbesaran lensa obyektif mikroskop
3) perbesaran sudut oleh lensa okuler mikroskop
4) perbesaran total mikroskop
5) jarak antara lensa obyektif dan lensa okuler mikroskop


Jika pengamat berganti cara pengamatan dari mata tidak berakomodasi menjadi mata berakomodasi maksimum, tentukan:
6) jarak bayangan yang dibentuk oleh lensa obyektif mikroskop
7) perbesaran oleh lensa obyektif mikroskop
8) perbesaran oleh lensa okuler mikroskop
9) perbesaran total mikroskop
10) jarak antara lensa obyektif dan lensa okuler mikroskop
11) panjang dan arah pergeseran yang harus disetelkan pada mikroskop dari posisi mata tidak berakomodasi menjadi mata berakomodasi maksimum

Jika mata pengamat berganti lagi cara pengamatan menjadi berakomodasi pada jarak 25 cm, tentukan:
12) jarak bayangan yang dibentuk oleh lensa obyektif mikroskop
13) perbesaran lensa obyektif mikroskop
14) perbesaran (sudut) oleh lensa okuler mikroskop
15) perbesaran total mikroskop
16) jarak antara lensa obyektif dan lensa okuler mikroskop
17) panjang dan arah pergeseran yang harus dilakukan pada mikroskop dari posisi mata tidak berakomodasi menjadi mata berakomodasi pada jarak 25 cm
Sumber soal : Fisikastudycenter.com-Modifikasi soal UN Fisika 2008
 Diskusi Soal
Ambil datanya dulu dari gambar pada soal di atas:
Jarak benda lensa obyektif → Sob = 2,2 cm
Panjang fokus lensa obyektif → fob = 2 cm
Panjang fokus lensa okuler → fok = 8 cm
Cara pengamatan → mata tidak berakomodasi, terlihat dari sinar sejajar yang masuk ke mata, artinya jarak bayangan akhir sangatlah jauh
1) jarak bayangan yang dibentuk oleh lensa obyektif mikroskop
Gunakan rumus lensa seperti biasa:



2) perbesaran lensa obyektif mikroskop
Perbesaran lensa obyektif (perbesaran linier) adalah membagi jarak bayangan dengan jarak bendanya, disini diambil nilai positifnya saja,



3) perbesaran (sudut) oleh lensa okuler mikroskop
Lensa okuler berfungsi sebagai kaca pembesar, sehingga gunakan rumus lup untuk mata tidak berakomodasi,



4) perbesaran total mikroskop
Kalikan perbesaran obyektif dan perbesaran okuler,



5) jarak antara lensa obyektif dan lensa okuler mikroskop
Jarak antara lensa obyektif dan lensa okuler mikroskop atau biasa disebut panjang mikroskop atau dengan istilah lain panjang tubus adalah jarak bayangan lensa obyektif ditambah jarak benda lensa okuler. Jika mata tidak berakomodasi, maka jarak benda lensa okuler sama dengan jarak fokus lensa okuler = 8 cm, cara mendapatkannya seperti nomor 10, hanya S'ok diisi dengan tak berhingga (PR, punctum remotum, titik jauh mata normal).



Pengamat berganti cara pengamatan dari mata tidak berakomodasi menjadi mata berakomodasi maksimum (gambar jalannya sinar-sinar pada soal tidak dipakai lagi!):
6) jarak bayangan yang dibentuk oleh lensa obyektif mikroskop
Jarak bayangan tidak berubah tetap sama seperti nomor 1.

7) perbesaran oleh lensa obyektif mikroskop
Juga tidak berubah seperti nomor 2.

8) perbesaran oleh lensa okuler mikroskop
Gunakan rumus lup untuk mata berakomodasi maksimum.



9) perbesaran total mikroskop
Kalikan Mob dan Mok



10) jarak antara lensa obyektif dan lensa okuler mikroskop
Yang harus dicari adalah S'ob sudah ada, yaitu 22 cm dan jarak benda okuler Sok, setelah ketemu masukkan rumus d.



Catatan: Mata berakomodasi maksimum berarti meletakkan bayangan okuler di titik dekat mata, tambahkan tanda minus, karena bayangannya adalah bayangan maya, S'ok = − PP = − 30 cm

11) panjang dan arah pergeseran yang harus disetelkan pada mikroskop dari posisi mata tidak berakomodasi menjadi mata berakomodasi maksimum
Pajang mula-mula (saat mata tidak berakomodasi) adalah 30 cm, sekarang menjadi 28,32 cm, lebih pendek dengan demikian pergeserannya adalah
Δ d = 30 − 28,32 = 1,68 cm arahnya ke dalam (memendekkan mikroskop)

Mata pengamat berganti lagi cara pengamatan menjadi berakomodasi pada jarak 25 cm (Diagram jalannya sinar-sinar pada soal tidak terpakai lagi!!):
12) jarak bayangan yang dibentuk oleh lensa obyektif mikroskop
Jarak bayangan obyektif tidak berubah, seperti nomor 1.

13) perbesaran lensa obyektif mikroskop
Perbesaran obyektif tidak berubah, seperti nomor 2.
14) perbesaran (sudut) oleh lensa okuler mikroskop
Gunakan rumus lup untuk mata berakomodasi pada jarak  x = 25 cm



15) perbesaran total mikroskop



16) jarak antara lensa obyektif dan lensa okuler mikroskop
Cari Sok terlebih dahulu; taruh nilai S'ok = − X = −25 cm



17) panjang dan arah pergeseran yang harus dilakukan pada mikroskop dari posisi mata tidak berakomodasi menjadi mata berakomodasi pada jarak X = 25 cm
Pajang mula-mula (saat mata tidak berakomodasi) adalah 30 cm, sekarang menjadi 28,06 cm, lebih pendek dengan demikian pergeserannya adalah
Δ d = 30 − 28,06 = 1.94 cm arahnya ke dalam (memendekkan mikroskop)

Catatan:
PP = punctum proximum = titik dekat mata
Sebagian literature menggunakan istilah Sn untuk PP.


Read more: http://fisikastudycenter.com/fisika-x-sma/10-mikroskop#ixzz2HdjgGnWd

Jumat, 02 November 2012

Desa dan Kota

Konten Dewasa +17 ke atas.....

POLA KERUANGAN DESA DAN KOTA

A. POLA KERUANGAN DESA
1 SYARAT-SYARAT DESA
Syarat-syarat desa
Mempunyai wilayah, Adanya penduduk, Mempunyai pemerintahan, Berada langsung di bawah camat, Mempunyai kebiasaan-kebiasaan pergaulan sendiri

2 FUNGSI DESA
Fungsi Desa sebagai :
sumber bahan pangan, penghasilan bahan mentah, penghasil tenaga kerja, pusat-pusat industri kecil

3 KLASIFIKASI DESA
A. Menurut Aktivitasnya:
Desa Nelayan, Desa agraris, Desa Industri
B. Menurut Tingkat Perkembangannya
1. Desa Swadaya
Ciri-cirinya:
a. Sebagai besar kehidupan penduduknya masih menggantungkan pada alam
b. Hasilnya untuk mencukupi kebutuhan sehari
c. Administrasi desa belum dilaksanakan dengan baik
d. Lembaga-lembaga desa belum berfungsi dengan baik
e. Tingkat pendidikan dan produktivitas penduduknya masih rendah
f. Belum mampu dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan sendiri
2. Desa Swakarya (Transisi)
Ciri-cirinya:
a. Sudah mampu menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri
b. Lembaga social desa dan pemerintahan sudah berfungsi
c. Administrasi desa sudah berjalan
d. Adat-istiadat mulai longgar
e. Mata pencaharian mulai bearagam
f. Sudah ada hubungan dengan daerah sekitarnya
3. Desa Swasembada
Ciri-cirinya:
a. Sarana dan prasarana desa lengkap
b. Pengelolaan administrasi telah dilaksanakan dengan baik
c. Pola piker masyarakat lebih rasional
d. Mata pencaharian penduduk sebagaian besar di bidang jasa dan perdagangan


4 CIRI-CIRI MASYARAKAT DESA
a. Kehidupan tergantung pada alam
b. Toleransi sosialnnya kuat
c. Adat-istiadat dan norma agama kuat
d. Kontrol sosialnya didasarkan pada hokum informal
e. Hubungan kekerabatan didasarkan pada Gemeinssehaft (paguyuban)
f. Pola pikirnya irrasional
g. Struktur perekonomian penduduk bersifat agraris


5 POTENSI DESA
potensi fisik : pertanian
potensi social : gotong royong, apatur desa, lembaga social

6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM PERHUBUNGAN DESA
Topografi, Letak desa, Fungsi desa
7 DEFINISI DESA
A. Menurut UU No. 5 Tahun 1979
DESA adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk, sebagai kesatuan masyarakat hokum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan mempunyai hak otonomi dalam ikatan negara kesatuan RI.
B. Menurut SUTARDJO KARTOHADIKUSUMO
DESA adalah suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.

C. Menurut TINJAUAN GEOGRAFI
DESA adalah suatu perwujudan geografis, yang ditimbulkan oleh unsure-unsur fisigrafis, sosial, ekonomi, politik dan budaya dan memiliki hubungan timbal-balik dengan daerah lain.

8 POLA PERSEBARAN DESA
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola persebaran desa:
Letak desa, Keadaan iklim, Kesuburan tanah, Tata air, Keadaan ekonomi, Keadaan budaya


9 UNSUR-UNSUR DESA
Ø Daerah, Penduduk, Tata kehidupan

10 POLA PERSEBARAN DESA
1. Pola memanjang mengikuti jalan raya. Pola ini umumnya terdapat di pedalaman
2. Pola mengikuti rel kereta api
3. Mengikuti garis pantai
4. Pola masyarakat
Penyebarannya:
a. Terdapat di daerah pegunungan (dataran tinggi)
b. Daerah yang berelief kasar
5. Pola Desa Tersebar
Pola desa yang tidak teratur. Pola desa ini banyak dijumpai di daerah Karst (Kapur)


B. POLA KERUANGAN KOTA
1 DEFINISI KOTA
A. Menurut MENTERI DALAM NEGERI RI NO. 4/1980
1.KOTA adalah suatu wilayah yang mempunyai batas administrasi wilayah
2. KOTA adalah lingkungan kehidupan yang mempunayi cirri non-agraris
B. Secara GEOGRAFIS
KOTA adalah suatu bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsure-unsur alami dan non-alami dengan gajala pemusatan penduduk tinggi, corak kehidupan yang heterogen, sifat penduduknya individualistis dan materialistis.



2 CIRI FISIK KOTA
Ciri Fisik Kota
- Adanya sarana ekonomi, Gedung pemerintahan, Alun-alun, Tempat parker, Sarana rekreasi, Sarana olah raga, Komplek perumahan

3 CIRI MASYARKAT KOTA
Ciri Masyarakat Kota
- Adanya keanekaragaman penduduk
- Sikap penduduk bersifat individualistik
- Hubungan sosial bersifat Gesselsehaft (Patembayan)
- Adanya pemisahan keruangan yang dapat membentuk komplek-komplek tertentu
- Norma agama tidak ketat
- Pandangan hidup kota lebih rasional

4 KLASIFIKASI KOTA
A. Menurut Jumlah Penduduk
1. Kota Kecil =penduduknya antara 20.000-50.000 jiwa
2. Kota sedang =penduduknya antara 50.000-100.000 jiwa
3. Kota besar =penduduknya antara 100.000-1.000.000 jiwa
4. Metropolitan =penduduknya antara 1.000.000-5.000.000 jiwa
5. Megapolitan =penduduknya lebih dari 5.000.000 jiwa
B. Menurut tingkat perkembangan
1. Tahap eopolis adalah tahap perkembangan desa yang sudah teratur dan masyarakatnya merupakan peralihan dari pola kehidupan desa kea rah kehidupan kota.
2. Tahap polis adalah suatu daerah kota yang sebagian penduduknya masih mencirikan sifat-sifat agraris.
3. Tahap metropolis adalah suatu wilayah kota yang ditandai oleh penduduknya sebagaian kehidupan ekonomi masyarakat ke sector industri.
4. Tahap megapolis adalah suatu wilayah perkotaan yang terdiri dari beberapa kota metropolis yang menjadi satu sehingga membentuk jalur perkotaan.
5. Tahap tryanopolis adalah suatu kota yang ditandai dengan adanya kekacauan pelayanan umum, kemacetan lalu-lintas, tingkat kriminalitas tinggi.
6. Tahap necropolis (Kota mati) adalah kota yang mulai ditinggalkan penduduknya.

5 STRUKTUR PANGGUNAAN LAHAN KOTA
A. Menurut teori KONSENTRIK
Teori konsentrik dikemukakan oleh E. W. BURGESS.
Menurut teori ini daerah perkotaan dibagi menjadi 5 wilayah, yaitu:

1. Pusat Daerah Kegiatan (PDK) juga disebut CBD (Central Bussiness District) dicirikan dengan adanya pusat pertokoan, kantor pos, bank, bioskop dan pasar.
2. Wilayah Transisi ditandai dengan industri manufaktur, pabrik dan pola penggunaan lahan merupakan pola campuran.
3. Wilayah pemukiman masyarakat yang berpendapatan rendah.
4. Wilayah pemukiman masyarakat berpenghasilan menengah.
5. Wilayah pemulkiman penghasilan tinggi.


B. Teori SEKTORAL
Teori ini dikemukakan olehHOMER HOYT. Isi dari teori ini adalah bahwa unit-unit kegiatan di perkotaan tidak mengikuti zona-zona teratur secara konsentris, tetapi membentuk sector-sektor yang sifatnya lebih bebas.
Dalam toeri ini HOMER, berpendapat:
1. Daerah-daerah yang memiliki harg atanah atau sewa tanah tinggi biasanya terletak di luar kota.
2. Daerah-daerah yang memiliki sewa tanah dan harga tanah rendah merupakan jakur-jalur yang bentuknya memanjang dari pusat kota ke daerah perbatasan.
3. Zona pusat adalah pusat daerah kegiatan (PDK)
C. Teori INTI GANDA
Teori ini dikemukakan oleh HARRIS dan ULLMAN.
Berdasarkan keadaan tata ruang kota dapat dikelompokkan menjadi:
1. Inti Kota (Core Of City)
Inti Kota adalah wilayah kota yang digunakan sebagai pusat kegiatan, ekonomi, pemerintahan dan kebudayaan. Wilayah ini disebut juga CBD ( Central Businness Districs)
2. Selaput Inti Kota
Selaput Inti Kota adalah wilayah yang terletak di luar inti kota, sebagai akibat daritidak tertampungnya kegiatan dalam kota.
3. Kota Satelit
Kota Satelit adalah suatu daerah yang memiliki sifat perkotaan dan pusat kegiatan industri.
4. Sub Urban Daerah sekitar pusat kota yang berfungsi sebagai daerah pemukiman.

Urbanisasi
Beberapa definisi Urbanisasi
1. Urbanisasi adalah suatu proses pembengkakan atau penggelembungan kota yang disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah penduduk.
2. Urbanisasi adalah suatu proses bertambahnya jumlah kota pada suatu wilayah yang disebabkan oleh perkembangan sosial, ekonomi, dan teknologi.
3. Urbanisasi adalah suatu proses berubahnya kehidupan pedesaan menjadi suasana perkotaan.
4. Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota yang sifatnya menetap.
Faktor penyebab urbanisasi
A. Faktor daya tarik (Pull Faktors)
Lapangan pekerjaan di kota lebih beragam, Fasilitas sosial di kota lebi memadahi, Kota berpotensi sebagai sebagai tempat pemasaran, Tingkat upah di kota tinggi, Kota merupakan tempat yang lebih menguntungkan untuk mengembangkan jiwa dan pengetahuan
B. Faktor pendorong (Push Factor)
Menyempitnya lapangan pekerjaan di sector pertanian, Pemilihan lahan pertanian semakin sulit dan sempit, Alasan pendidikan, Kurangnya fasilitas social, Tingkat upah relative rendah, Tekanan adat-istiadat

Dampak Urbanisasi
Kota
Desa
1. Kepadatan penduduk tinggi
1. Kurang tenaga kerja
2. Tingkat kriminalitas tinggi
2. Terhambatnya pembangunan desa
3. Bertambahnya jumlah pengangguran
3. Menurunnya produktivitas pertanian
4. Terdapat SLUM
4. Menuurnnya produktivitas pertanian
5. sering terjadi kemacetan lalu-lintas



Upaya Penanggulangan Masalah Urbanisasi
1. Mengembangkan industri kecil dan industri rumah tangga di desa
2. Melancarkan program KB baik di desa maupun di kota
3. Memperlancar pembangunan di bidang transportasi dan komunikasi antar kota-desa
4. Pembangunan perumahan rakyat di pinggiran kota
5.

6 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
Faktor yang mempengaruhi perkembangan kota
Ø Faktor Alamiah : Lokasi, Fisiografi, Kekayaan alam
Ø Faktor Sosial : Penduduk, Kebijaksanaan pemerintah, Faktor Kebijaksanaan Pemerintahan

Senin, 30 Juli 2012

Ufa Hibbatillah: Teori Relativitas dan Mukjizat Isra’ Mi’raj

Ufa Hibbatillah: Teori Relativitas dan Mukjizat Isra’ Mi’raj

Konten Dewasa +17 ke atas.....

Teori Relativitas dan Mukjizat Isra’ Mi’raj

Konten Dewasa +17 ke atas.....

Dalam teori relativitasnya yang lebih dikenal dengan E=mc2 (1905 M), Albert Einstein meng-include-kan antara ruang dan waktu. Ketika bicara soal waktu, tidak mungkin terlepas dari ruang, atau sebaliknya. Jika segala sesuatu bergerak, maka harus ada waktu yang menyertainya. Semakin cepat sesuatu bergerak, maka waktu di sekelilingnya akan menyusut jika dibanding dengan waktu sebuah benda yang geraknya lebih lambat.
Berdasarkan teori Einstein ini, jika dikhayalkan seorang astronot bergerak mendekati kecepatan cahaya selama sehari maka itu sama saja dengan 50.000 tahun tahun waktu bumi. Jika kembali ke bumi, maka tim astronot tersebut akan menemukan generasi baru sama sekali.
Kesimpulannya, semakin cepat bergerak maka waktu akan menciut. Itulah kurang lebih keyakinan kaum materealisme dimana kecepatan dan kemampuan waktu terkait erat.
Jika ada makhluk lain bukan dari bangsa manusia yang lebih kuat dari manusia, seperti jin atau malaikat, maka ia bergerak dengan hukum yang berbeda. Ia akan mampu menempuh jarak dan melintasi segala penghalang yang di luar bayangan manusia. Berdasarkan teori relatifitas, jika ada benda kecil yang bergerak melebihi kecepatan cahaya, maka jarak akan pendek dan menghapus waktu di depannya. Hingga kini, kecepatan cahaya di ruang kosong masih yang tercepat. Namun dunia ilmiah tidak mengingkari adanya kecepatan lain yang lebih cepat di ruang kosong. Meski belum ditemukan.
Apa lantas kaitan teori relativitas Einstein dengan mukjizat RasulullahShalallahu Alaihi wa Sallam, “Isra’ dan Mi’raj”?. Tulisan ini bukan menambah pembuktian kebenaran mukjizat hissi (indrawi) ini. Namun untuk melakukan pendekatan pemahaman masalah ini terhadap mereka yang mengingkari kejadian ini, baik dari kalangan umat Islam yang ragu atau orang kafir. Separuh bagian dari mukjizat ini, Allah sengaja menantang manusia yang ingkar. Separuhnya adalah perkara ghaib yang harus diyakini kebenarannya secara mutlak.
Mukjizat ini tidak mungkin terjadi terhadap manusia biasa dengan standar ilmiah apapun dengan segala teori dan asumsinya. Sebab jika terjadi, ia bukan mukjizat lagi dan manusia bisa menciptakan alat (mesin waktu misalnya) untuk melintasi waktu. Mukjizat indrawi tidak bisa diandalkan untuk meyakinkan risalah Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, sebab mukjizat itu sudah berlalu. Mukjizat yang kekal adalah Al Quran.
Isra’ dan Mi’raj merupakan mukjizat yang mengandung unsur kecepatan yang di luar biasa yang mengantarkan Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam dalam dua perjalanan. Pertama, rihlah (perjalanan) antar jarak di bumi dari Masjidil Haram di Mekah ke masjidil Al Aqsha di Palestina yang disebut isra’. Kemudian dilanjutkan “perjalanan langit” dari bumi menembus alam raya ke lapisan langit yang tidak pernah di ketahui oleh manusia kecuali melalui informasi dari Al Quran.
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Al Isra’: 1)
“Maha Suci Allah” kalimat ini menegaskan tentang mukjizat Isra’ dan Mi‘raj. Namun apakah perjalanan Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, ini utuh dalam arti ruh dan jasadnya atau hanya ruhnya saja? Ada sebagian orang mengatakan bahwa perjalanan Isra’, terutama tentu Mi’raj terjadi terhadap Rasulullah, ketika dalam keadaan tidur atau mimpi. Artinya, hanya ruh saja tanpa jasad. Namun, secara tidak langsung, pendapat ini tidak mengukuhkan Isra’ Mi’raj sebagai mukjizat.
Pendapat yang benar, wallahu a’lam bishawab, perjalanan itu terjadi pada ruh dan jasad secara utuh. Ayat di atas tegas menyatakan “biabdihi”, (dengan hamba-Nya), secara lahir maknanya utuh ruh dan jasad. Di awal ayat, ditegaskan “subhanalladzi” , Maha Suci (Allah) Yang artinya Allah Maha Suci dari tandingan, persamaan, pertolongan, suci dari kelemahan Yang mampu menciptakan kejadian maha agung. Dari awal ayat Allah sudah “meminta” kepada pembaca untuk menerima informasi kejadian agung.
Melihat kondisi kaum muslimin saat itu dan dakwahnya, mukjizat Rasulullah, ini bertujuan ingin membersihkan hati orang yang beriman kepada beliau, secara utuh dan total.
Kelompok materealis selalu mengukur segala sesuatu dengan dimensi, ruang, waktu dan materi. Walhasil mereka mengingkari fenomena Isra’ Mi’raj secara mutlak.
Dalam hadits disebutkan bahwa perjalanan pergi dan pulang dari Mekah ke Al Quds, Rasulullah saw naik “buraq“. Sebagian mengatakan buraq berwarna putih yang berkilau. Kemungkinan ini adalah kendaraan dengan kecepatan cahaya wallahu a’lam. Karena ini sebuah mukjizat, maka jasad Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam dijaga dari pengaruh kecepatan cahaya.
Alam raya maha luas yang disaksikan oleh manusia dengan alat-alat yang ada hanya langit dunia dan bagian kecil dari langit-langit Allah yang tujuh. Semua itu tidak ada bandingnya sama sekali dengan Allah Yang Maha Esa, Raja dan Pemilik dan Pengatur alam raya ini.
Meski teori perubahan materi menjadi energi dan kembali lagi ke materi hanya sebatas terori dan tidak bisa diterapkan, tapi bisakah ini didekatkan dengan fenomena Isra’ dan Mi’raj? Mungkinkah jasad Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, berubah menjadi energi yang lebih tinggi dari cahaya sehingga bisa menembus alam raya dalam waktu singkat? Perjalanan Rasulullah dalam isra dan mikraj hanya semalam. Perjalanan itu dimulai setelah Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam shalat isya’ bersama sahabat dan kembali shalat shubuh bersama-sama mereka.
Fenomena mukjizat itu ditegaskan oleh Allah dalam Al Quran
“Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) Menampakkan diri dengan rupa yang asli. Sedang Dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian Dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. Maka jadilah Dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu Dia menyampaikan kepada hambaNya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka Apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya Dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (An Najm: 1-18)
Dalam sejarah, perjalanan ke langit atau perpindahan benda sangat cepat bukan hanya di jaman Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam. Sebut misalnya, Nabi Sulaiman memindahkan istana Balqis dalam sekejap dari Yaman ke Syam, Nabi Idris yang diangkat ke langit, Nabi Ilyas, Nabi Isa bin Maryam. Dalam sebuah riwayat hadits shahih, Nabi Isa yang diangkat Allah ke langit akan kembali ke bumi di akhir jaman. Apakah dalam fenomena ini berlaku teori relativitas Albert Eistein?
Wallahu a’lam bish shawab.

Akrab Dengan Al Qur’an

Konten Dewasa +17 ke atas.....
Ada empat macam cara interaksi dengan Al Qur’an :

Tilawah (membacanya).
Tadabbur (menelaahnya).
Hifzh (menghafalnya).
Al Amal Bihi (mengamalkannya).



Al Qur’an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Isinya merupakan penyempurna dan pengoreksi semua isi kitab suci terdahulu. Dengan diturunkannya ayat terakhir dari Al Qur’an, berarti terhentilah wahyu dari langit dan berakhirlah pengutusan para rusul ke dunia. Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai penerima wahyu terakhir tersebut adalah pemungkas para Rasul (QS Al Ahzab: 40).
Al Qur’an merupakan undang-undang langit terakhir yang berfungsi mengubah undang-undang samawi sebelumnya. Apa yang masih dianggap relevan dengan tuntutan zaman masih tersirat dan atau tersurat di dalamnya, karena Al Qur’an adalah puncak dari perundang-undangan Ilahi dan pemungkas wahyu samawi. Isi kitab samawi sebelumnya yang telah diubah oleh tangan-tangan kotor manusia, dikoreksi dan diluruskan. Undang-udang pokok yang dibutuhkan umat manusia sampai akhir zaman untuk mengatur kehidupannya telah lengkap tercantum dalam Al Qur’an.(Al Maidah 3).
Al Qur’an diturunkan berfungsi membenarkan dan meluruskan apa yang ada pada kitab suci sebelumnya serta menyempurnakan risalah para Nabi terdahulu, untuk dijadikan sebagai risalah universal yang mencakup semua kebutuhan manusia, kapan dan dimana saja mereka berada. (QS Al Ma’idah: 48).
1.      Kesempurnaan dan Kelengkapan Isi Al Qur’an
Dalam surat Al Ma’idah ayat 3 Allah menyatakan,
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu dan telah Aku lengkapkan nikmatKu kepadamu dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.”
Ayat ini menyuratkan dua hal pokok. Pertama, Allah telah menyempurnakan isi Al Qur’an. Dalam artian dari aspek kualitas, ajaran Al Qur’an amat sempurna dan tidak terdapat kontradiksi sama sekali. Kedua, Allah telah mencukupkan atau melengkapkan nikmat-Nya kepada Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam Diantara nikmat yang paling agung adalah nikmat Islam. Berarti Allah telah melengkapkan ajaran Islam.
Kelengkapan ajaran Al Qur’an ini ditinjau dari segi kuantitas ajarannya. Menuntut ayat tersebut, ajaran Al Qur’an telah mencakup semua aspek hukum dan aspek kehidupan manusia. Sebagaimana yang ditegaskan Allah, “Tidak satu pun yang Kami abaikan dalam Al Qur’an ini” (QS Al An’am: 38).
Para ahli tafsir mengatakan maksud ayat ini, bahwa Allah tidak meninggalkan sedikit pun masalah-masalah agama dalam Al Quran. Allah telah menjelaskan semuanya, baik dengan terperinci maupun secara global yang diterangkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam atau ijma’ dan qiyas. (Al Jami’ Li ahkaamil Quran, Al Qurthubi, juz VI hal 420).
Dalam ayat lain ditegaskan, ”Dan telah Kami turunkan kepadamu Al Qur’an untuk menerangkan segala sesuatu”. (Al Jami’ Li ahkaamil Quran, Al Qurthubi, juz X hal 164).
Menurut ayat-ayat tersebut, segala sesuatu sudah ada dan diatur oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. dalam Al Qur’an. Bagi orang yang mengikuti peraturan-peraturan yang sudah ada dalam Al Qur’an, akan sempurna merasakan nikmat Allah dalam penghidupan dan kehidupan di atas dunia ini.
Kalau kita bawa maksud Al Qur’an ini kepada suatu konotasi yang lebih sempit, yaitu pedoman hidup dan hukum, maka Al Qur’an merupakan pedoman hidup dan aturan hukum yang sempurna dan lengkap. Tidak ada lagi aturan atau hukum pokok yang dibutuhkan manusia yang tertinggal. Apabila manusia berpedoman pada Al Qur’an, mengikuti dan menjalankan peraturan-peraturan hukum yang ada di dalamnya, maka akan sempurnalah nikmat kehidupan umat manusi di dunia ini. (Al Jami’ Li Ahkaamil Quran, Al Qurthubi, juz VI hal 420)
2.      Manusia Membutuhkan Petunjuk Al Qur’an
Totalitas dan kesempurnaan ajaran yang dimiliki Al Qur’an menuntut peganutnya agar komitmen terhadap Islam secara total. Seorang muslim tidak boleh mengambil satu aspek saja dari ajarannya, akan tetapi ia harus mengambil semua aspek dari ajaran-ajaran Islam secara utuh. Al Qur’an mencela Bani Israil yang menerima sebagian ayat dan menolak sebagian yang lainnya sesuai dengan kemauan dan hawa nafsu mereka. (QS Al Baqarah: 85).
Untuk menghadapi era globalisasi sekarang ini, manusia amat membutuhkan petunjuk Al Qur’an, karena kebutuhannya melebihi kebutuhan umat manusia terdahulu. Ada beberapa alasan yang menyebabkan kita amat membutuhkan petunjuk Al Qur’an.
Al Qur’an diturunkan kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk membebaskan ummat manusia dari kegelapan menuju cahaya hidup yang terang benderang (QS Ibrahim: 1). Dan sebagai pedoman hidup penuntun ummat manusia ke jalan kehidupan yang lurus (QS Al Baqarah: 183 dan QS Al Isra’: 9). Mengikuti petunjuk Al Qur’an adalah jaminan kebahagiaan pribadi dan masyarakat, kebahagiaan dunia dan akhirat, karena pembuat petunjuk itu adalah Pencipta dan Yang Maha Tahu tentang ciptaan-Nya.
Pedoman dan petunujuk hidup itu berlaku bagi seluruh ummat manusia, baik bagi orang Arab manupun orang non Arab, baik orang pandai ataupun orang biasa, baik kelas atas, menengah, atau pun kelas bawah. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang Maha bijaksana menurunkan Al Qur’an ini dengan uslub yang mudah, yang dapat difahami oleh ummat manusia. Bahkan, Al Qur’an sendiri mengulang-ulang pernyataan ini empat kali dalam satu surat Al Qamar: 17, 22, 32 dan 40 sebagai berikut:
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS Al Qamar : 17, 22, 32 dan 40)
Para sahabat Nabi dengan berbagai macam jenis kemampuan penalaran mereka, dengan mudah memahami, mencerna, dan mengamalkan Aquran, karena mereka siap mendengar, menerima, dan mentaatinya. Namun, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah mengadu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. tentang sikap kaumnya terhadap Al Qur’an ini, sebagaimana direkam oleh Al Qur’an sendiri:
“Dan Rasul berkata (mengadu): Wahai Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuhkan” (QS Al Furqaan: 30).
Ibnu Katsir mengatakan bahwa tidak beriman dan tidak membenarkan Al Qur’an termasuk “mahjura”. Tidak mentadabburi (menelaah) dan tidak memahaminya adalah termasuk “mahjura”. Tidak mengamalkannya dan tidak melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya adalah termasuk “mahjuro”.
Pengaduan itu terhadap kaumnya yang memusuhi Aquran (orang-orang kafir), bagaimana kalau terjadi pada ummatnya sendiri!!!
3.      Berinteraksi dengan Al Quran dan Mentadabburinya
Ada empat macam cara interaksi dengan Al Qur’an :
  1. Tilawah (membacanya).
  2. Tadabbur (menelaahnya).
  3. Hifzh (menghafalnya).
  4. Al Amal Bihi (mengamalkannya).
Tadabbur (penelaahan) Al Qur’an diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. dan salah satu cara berinteraksi (ta’amul) dengan Al Qur’an. Allah Subhanahu wa Ta’ala. berfirman, “Ini adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka mentadabburi ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai fikiran mendapatkan pelajaran” (QS Shaad: 29). “Maka apakah mereka tidak mentadabburi Al Qur’an ataukah hati mereka terkuci?” (QS Muhammad: 24 ).
Tadabbur adalah salah satu cara untuk memahami Al Qur’an. Kitab-kitab Tafsir yang kita kenal dan kita baca sekarang adalah hasil usaha yang optimal dari para ulama dalam mentadabburi dan memahami Aquran.
Tadabbur menurut bahasa berasal dari kata دبر yang berarti menghadap, kebalikan membelakangi. Tadabbur menurut ahli bahasa Arab adalah التفكر memikirkan. Maka, tadabbur bisa berarti memikirkan akibat dari sesuatu atau memikirkan maksud akhir dari sesuatu. Sedangkan, tadabbur menurut istilah adalah “penelaahan universal yang bisa mengantarkan kepada pemahaman optimal dari maksud suatu perkataan.”
Namun, tadabbur itu sendiri terikat dengan mengamalkannya, karena para Salafushshalih mengartikan tadabbur dan tilawah yang sungguh-sungguh (QS Al Baqarah: 121) dengan mengamalkannya. Jadi, pengertian tadabbur adalah, “Usaha memahami ayat-ayat Al Qur’an yang sedang dibaca atau didengar dengan disertai kekhusyukan hati dan anggota badan serta dibuktikan dengan mengamalkannya”.
Untuk berinteraksi dengan Al Qur’an dan melakukan tadabur yang optimal membutuhkan kiat-kiat sebagai berikut:
1.) Memperhatikan Adab atau Sopan-santun dalam Tilawah.
Supaya tilawah Al Qur’an memberikan manfaat dan buah serta menghasilkan dampak positif dan istiqamah, perlu diperhatikan adab dan sopan santun ketika membaca Al Qur’an antara lain:
  1. حسـن النيـة (motivasi yang baik), keihklasan, totalitas hanya untuk mendapatkan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.
  2. الاستعاذة والبسـملة (dimulai dengan Isti”adzah dan Basmalah) karena hal tersebut diperintahkan oleh Allah (QS An Nahl: 98).
  3. الطهـارة (kesucian) hati dan jasad, suci lahir dan batin.. Bahkan dianjurkan membaca Al qur’an itu dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil.
  4. تـفـريغ النفـس عن شـواغلـها (tidak disibukan dengan selain Al Qur’an).
  5. حصـر الفـكـر مع القـرءان (konsentrasi penuh dengan Al Qur’an)
  6. اختـيار الأوقـات والأمـاكن المـنـاسبـة (memilih waktu dan tempat yang cocok).
2.) Memperhatikan cara-cara Talaqqi (menerima pelajaran).
  1. التـلقي بالقلب الخاشـع (menerimanya dengan hati yang khusyuk).
  2. التـلقي بالـتـعظيـم (menerimanya dengan rasa takzim) seperti halnya seorang prajurit mendapatkan perintah dari komandannya atau seorang hamba sahaya mendapat perintah dari majikannya.
  3. التـلـقي للتـنـفيـذ (menerimanya untuk dilaksanakan).
3.) Memperhatikan Tujuan Pokok dari Al Qur’an.
Ketika mentadabburi Al Qur’an, hendaknya terhujam dalam benak kita tujuan pokok dan essensi diturunkannya Al qur’an, yang antara lain:
  1. Petunjuk jalan menuju kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. bagi setiap individu ataupun bagi seluruh ummat manusia.
  2. Merealisasikan pembentukan pribadi muslim yang sempurna dan yang seimbang.
  3. Merealisasikan masyarakat Islam berwawasan Al Qur’an.
  4. Membimbing ummat dalam pergumulannya dengan situasi jahili yang berada disekelilingnya.
4.) Mengikuti Jejak Langkah Para Sahabat dalam Berinteraksi dengan Al Qur’an.
  1. Pandangan yang universal terhadap Al Qur’an.
  2. Melepaskan segala bentuk prasangka sebelum masuk berinteraksi dengan Al Qur’an.
  3. Penuh keyakinan akan benarnya nash-nash Aquran.
  4. Merasakan bahwa ayat yang dibaca atau didengar adalah ditujukan kepadanya.
5.) Berusaha Hidup dalam Ruh Al Qur’an.
  1. Tidak bertele-tele dalam memahaminya.
  2. Menjauhkan cerita-cerita Israiliyyat.
  3. Melepaskan nash-nash Al Qur’an dari keterikatan dengan tempat dan waktu.