Kamis, 19 Januari 2012

Menuju Madrasah Unggulan MTs Padureso Modern Green School

DATA PROGRAM KERJA MEMBENTUK MADRASAH UNGGULAN DAN BERKARAKTER
MTs PADURESO
TAHUN 2011/2012






YAYASAN TARBIYATUL ATHFAL
MADRASAH TSANAWIYAH PADURESO
JL. Central PLTA Wadaslintang Padureso Kebumen Jawa Tengah 54394
Website ; www.mtspadureso.tk Email : http//: mtspadureso.@gmail.com Telp. 0287 5522774
2012
YAYASAN TARBIYATUL ATHFAL
MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) PADURESO
Alamat : Central PLTA Wadaslintang, Sendangdalem, Padureso
KEBUMEN - JAWA TENGAH 54394
Website ; www.mtspadureso.tk Email : http//: mtspadureso.@gmail.com Telp. 0287 5522774

KATA PENGANTAR
Bismillahirrochmanirrochim
Dengan mengucapkan Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyusun instrumen Program Kerja “membentuk Madrasah Unggulan dan Berkarakter”.
Pada area globalisasi ini menuntut masing-masing individu untuk dapat berkompetensi dan bersaing secara ketat di dalam meraih berbagai peluang-peluang.
Dinamika kehidupan telah menuntut adanya perubahan budaya serta pola pikir masyarakat agar mampu menghadapi tuntutan zaman yang semakin komplek. Di antaranya adalah budaya dan pola pikir masyarakat tentang pengtingnya Sumber Daya Manusia (SDM); yang telah membuat orang tua murid mulai peduli terhadap dunia pendidikan demi masa depan anak-anaknya.
Anak adalah investasi masa depan yang tak ternilai harganya, sehingga orang tua harus lebih cermat dan selektif dalam memilih lembaga pendidikan yang bermutu untuk anak-anaknya. Orang tua tidak ingin terjebak pada pola pendidikan sekuler yang mengedepankan aspek kognitif saja sehingga aspek spiritual dan moral dikesampingkan.
Para orang tua yang demikian ini tentu akan melirik lembaga pendidikan umum yang bernuansa agamis atau lembaga pendidikan plus. Madrasah Tsanawiyah adalah SLTP yang berciri khas keagamaan dan diharapkan dapat menjadi alternative utama untuk menjawab persoalan-persoalan diatas.
Selain Madrasah Tsanawiyah juga menjadi tumpuan masyarakat dalam menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang memiliki nilai agar lebih besar dan mampu merespon era globalisasi dengan kemenangan-kemenangan. Oleh karena itu lulusan Madrasah Tsanawiyah perlu dibekali dengan kompetensi-kompetensi individu yang bisa dan mampu bersaing.
Akan tetapi untuk merespons tantangan di atas Madrasah pada umumnya masih terdapat kendala-kendala sebagai berikut :
• Masih adanya sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa Madrasah Tsanawiyah adalah merupakan Lembaga Pendidikan Tradisional yang mutu pendidikannya dipertanyakan.
• Kurangnya perhatian pemerintah terhadap lembaga pendidikan madrasah baik yang menyangkut sarana maupun personil tenaga pengelola, guru dan siswanya.
• Adanya input yang relative berada di bawah sekolah-sekolah umum.
• Perolehan nilai ujian yang relative lebih rendah di banding dengan Lembaga Pendidikan Umum.
Dalam kerangka mencari solusi mengenai masalah tersebut, maka dengan ini kami bermaksud mengadakan berbagai kegiatan perbaikan dan peningkatan mutu Madrasah guna meningkatkan prestasi madrasah yang uraian dan rinciannya akan kami paparkan dalam proposal ini.
Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian dan dikabulkannya permohonan ini kami ucapkan terima kasih dengan iringan do’a “Jazakumullah Akhsanal Jaza”.


Mengetahui
Ketua Dewan Pembina Yayasan
Kepala Madrasah


Drs. Rajab Sutarto

Hamid, A.Md










PROFIL
MTs PADURESO KEBUMEN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012












IDENTITAS











PROFIL GURU
MTs PADURESO
NO Nama Lengkap Pendidikan Terakhir Mata Pelajaran
(Khusus Gr.MTs) Keterangan

1 2 3 4 5
1 Drs.H.Ashar Muhamadi, M.Ag. S2 B.Inggris
2 Drs. Abdullah S1 B. Arab
3 Nurjaman, S.Pd., M.Si S2 Matematika
4 Muslihudin,S.Pd S1 IPS
5 Musringah,S.Pd.I S1 Matematika
6 Nunung Nur Hidayati,S.Pd.I S1 Aqidah Akhlaq
7 Nur Rokhani, S.Pd.I S1 Fiqih
8 Retno Weningsih,S.Pd S1 B. Inggris
9 Rinowati,S.Pd S1 IPA
10 Sri Setyowati,S.Pd S1 B. Indonesia
11 Supri Hartini,S.Pt S1 B. Indonesia
12 Teguh Rahayu, S.Pd.Orkes S1 Penjasorkes
13 Hani Nur Cahyo, S.Pd S1 B.Inggris
14 Arif Sulthoni,SH.I S1 B. Arab
15 Ujud Supriaji, S.Pd.I S1 TIK Sedang melanjutkan study S2
16 Sigit Nurrokhman, S.Pd S1 IPA
17 Fitri Retno Palupi, S.E S1 PKn
18 Sri Wahyujati, S.Pd. S1 Matematika
19 Dewi Handayani, S.Pd S1 IPS
20 Suparno, S.Ag S1 Aqidah Akhlaq Sedang melanjutkan study S2
21 Diana Dwi P R, S.Pd S1 Seni Budaya
22 Galuh Tistantri Angrianto, S.Psi S1 BK/BP
23 Alfi Sarofah, S.Pd S1 IPS
24 Abdullah Al Hafidz, M.Ag S2 Fiqih Sedang melanjutkan study S3
25 Hamid, S.Pd.I S1 Ketrampilan
26 Mustangin, S.Ag S1 Aqidah Akhlaq

S1 : 23
S 2 : 3
Lulusan Luar Negeri : -
JUMLAH GURU : 26









DATA PROFIL SISWA
Kelas Tahun
2004/2005 Tahun
2005/2006 Tahun
2006/2007 Tahun
2007/2008 Tahun
2008/2009 Tahun
2009/2010 Tahun
2010/2011 Tahun
2011/2012
VII
VIII
IX 93
52
68 105
90
50 101
99
80 120
90
104 120
111
96 109
105
108 119
103
107 131
123
113
Jumlah 213 245 280 314
327 322 329 367










LUAS LAHAN
MADRASAH/SEKOLAH

Luas lahan sekolah/madrasah = 22.801 m2
Dengan jumlah siswa rombel : 9 dengan luas lahan 22.801 m2
Luas perkelas 7 X 8 56 m2
Luas seluruh kelas(8x56) +(1x84) 532 m2
Luas per kelas 56 m2 : 32 siswa 1,75 m2

Sertifikat lahan ada
a. Sertifikat tanda bukti hak pakai no 10 dengan luas 20.481 m2
b. Sertifikat tanda bukti wakaf dengan luas 2.320 m2
Jumlah lahan tanah 22.801 m2









PRASARANA YANG DIMILIKI

No. Jenis Prasarana Ketersediaan Luas
Kondisi

Ada jumlah
1 Ruang Kelas √ 9 532 m2
2 Ruang Perpustakaan √ 1 84 m2
3 Ruang Laboratorium IPA √ 1 56 m2
4 Ruang Pimpinan √ 1 21 m2
5 Ruang Guru
√ 1 35 m2
6 Ruang Tata Usaha √ 1 21 m2
7 Tempat Beribadah √ 1 56 m2
8 Ruang Konseling √ 1 3,6 m2
9 Lab. Multimedia √ 1 56 m2
10
Lab. Komputer √ 1 35 m2
11 Lab. Bahasa √ 1 56 m2
12 Balai Education √ 1 135 m2
13 Ruang UKS/M √ 1 12 m2
14 Ruang OSIS √ 1 56 m2
15 Ruang Pramuka Gabung dengan R. OSIS
16
Jamban √ 7 2 rusak
17 Gudang √ 1 16 m2
18 Ruang Sirkulasi √ 9
448 m2
19 Tempat Bermain/berolah raga √ 3 1.282 m2
20 Asrama √ 2 Di luar lingkungan Madrasah






SISTER SCHOOL
Belum memiliki.













PRESTASI NASIONAL
A. AKADEMIK
Belum ada, baru sampai tingkat kabupaten( Speak Contes juara II th. 2011)

B. NON AKADEMIK
Belum ada, baru tingkat propinsi (Juara I Volley Ball mewakili Kab. Kebumen Th.2009, ..............)






HASIL AKREDITASI
Hasil BAN-SM Provinsi Jawa Tengah :
MTs Padureso
Jl . Central PLTA Wadaslintang, Sendangdalem, Padureso Kabupaten Kebumen

Komponen Akreditasi Nilai Komponen

Standar Isi 82
Standar Proses 89
Standar Kompetensi Lulusan 88
Standar Tenaga Pendidik dan Kependidikan 78
Standar Sarana dan Prasarana 87
Standar Pengelolaan 89
Standar Pembiayaan 94
Standar Penilaian Pendidikan 84

Nilai Akreditasi : 86
Peringkat Akreditasi : “A”
Tanggal Penetapan : 27-Okt-2011
Hasil dapat di akses http://ban-sm.or.id/provinsi/jawa-tengah/akreditasi/view/233899





PERINGKAT UN
Tk. KABUPATEN/KOTA

 TAHUN 2009
Kabupaten Tingkat Bhs.Indo Bhs.Inggrs Matematika IPA PERINGKAT
Kebumen
S 17 29 32 29 32
N+S 23 32 35 32 35


 TAHUN 2010
Kabupaten Tingkat Bhs.Indo Bhs.Inggrs Matematika IPA PERINGKAT
Kebumen S 2O 17 33 8 15
N+S 26 18 40 9 19

Ket: S = SWASTA,
N = NEGERI




MENGADAKAN MOU/KERJASAMA

1. PLAN Kab. Kebumen
 Pelatihan siswa membuat bibit Th. 2007
 Pelatihan siswa dasar kepemimpinan Th. 2009
 Pelatihan siswa jurnalistik Th. 2010
2. STAINU Kebumen
 Penempatan Mahasiswa PPL Th.2011
 Bantuan Buku untuk Perpustakaan dari Alumni STAINU KEBUMEN
3. LAZIS Kab. Kebumen
 Program sedekah subuh Guru dan Siswa
 Santunan Anak Yatim dan Piatu Siswa
 Beasiswa Anak Yatim dan Piatu Siswa
 Bantuan sarana Asrama
 Mengikuti Jambore Anak Yatim Piatu se-Kedu di Magelang
4. PNPM MANDIRI Kec. Padureso
 Kegiatan Pelatihan PNPM MANDIRI
 Penyewaan tempat untuk pertemuan, seminar dan rapat PNPM MANDIRI
 Kerjasama penyewaan alat audio-video sebagai sarana Usaha Kemandirian Madrasah
5. GNOTA Jakarta
 Penerimaan beasiswa untuk Siswa tidak mampu, menjadi anak asuh
6. Indonesia Power
 Beasiswa anak tidak mampu
 Kerjasama penggunaan fasilitas Indonesia Power untuk sarana pendidikan Madrasah
7. Dinas pendidikan Kec. Padureso
 Kerjasama Peningkatan Mutu Madrasah
 Pelatihan IT Kepala dan Guru SD se-Kec. Padureso di Madrasah
8. PGRI Kec. Padureso
 Kerjasama Peningkatan Mutu Kompetensi guru Madrasah
 Penyewaan tempat untuk pertemuan, seminar dan rapat PGRI Kec. Padureso.
JUMLAH GURU SERTIFIKASI
NO Nama Lengkap Pendidikan Terakhir Mata Pelajaran
(Khusus Gr.MTs) SERTIFIKASI/TAHUN

1 2 3 4 15
1 Drs.H. Ashar Muhamadi, M.Ag S2 B.Inggris -
2 Drs. Abdullah S1 B. Arab SUDAH/2009
3 Nurjaman, S.Pd, M.Si S2 Matematika SUDAH/2009
4 Muslihudin,S.Pd S1 IPS SUDAH/2007
5 Musringah,S.Pd.I S1 Matematika SUDAH/2009
6 Nunung Nur Hidayati,S.Pd.I S1 Aqidah Akhlaq -
7 Nur Rokhani, S.Pd.I S1 Fiqih -
8 Retno Weningsih,S.Pd S1 B. Inggris SUDAH/2009
9 Rinowati,S.Pd S1 IPA SUDAH/2009
10 Sri Setyowati,S.Pd S1 B. Indonesia SUDAH/2009
11 Supri Hartini,S.Pt S1 B. Indonesia SUDAH/2009
12 Teguh Rahayu, S.Pd.Orkes S1 Penjasorkes -
13 Hani Nur Cahyo, S.Pd S1 B.Inggris -
14 Arif Sulthoni,SH.I S1 B. Arab -
15 Ujud Supriaji, S.Pd.I S1 TIK -
16 Sigit Nurrokhman, S.Pd S1 IPA SUDAH/2011
17 Fitri Retno Palupi, S.E S1 PKn SUDAH/2011
18 Sri Wahyujati, S.Pd. S1 Matematika -
19 Dewi Handayani, S.Pd S1 IPS SUDAH/2010
20 Suparno, S.Ag S1 Aqidah Akhlaq -
21 Diana Dwi P R, S.Pd S1 Seni Budaya -
22 Galuh Tistantri Angrianto, S.Psi S1 BK/BP -
23 Alfi Sarofah, S.Pd S1 IPS SUDAH/2010
24 Abdullah Al Hafidz, M.Ag S2 Fiqih -
25 Hamid, S.Pd.I S1 Ketrampilan -
26 Mustangin, S.Ag S1 Aqidah Akhlaq SUDAH/2009

 JUMLAH GURU SERTIFIKASI : 13 (TIGA BELAS) Orang



PELAKSANAAN SEMESTER

Pelaksanaan semester dilaksanakan mandiri, sampai perangkat pembelajaran, soal ujian, data nilai dan kepribadian Siswa menggunakan format mandiri berbeda dari madrasah lainnya.











MEMILIKI RKM/RENSTRA/RPM

Memiliki RKM yang sudah di buat 1 tahunan dan 4 tahunan dari 2009 sampai 2014. Terlampir












STANDAR ISO

Belum memiliki, sedang dalam proses tahap persiapan untuk mendapatkan sertifikat ISO, serta menjalin kerjasama dengan Sekolah Berstandar RSBI.











TARGET MADRASAH UNGGULAN DAN BERKARAKTER

Dengan peringkat Terakreditasi “A” tidaklah bagi kami sudah merasa puas maka kami pada tahun ajaran baru tahun 2011/2012 menerapkan MTs Padureso, sistem pembelajaran “Modern Green School” Menuju Madrasah Unggulan . Arti Modern Green School adalah menggunakan sebuah pembelajaran ICT dan dilengkapi dengan Laboratorium Alam , sedangkan yang dimaksud Laboratorium Alam adalah letak dan kondisi geografis yang sangat menunjang bagi media pembelajaran di luar kelas, untuk itu sebagai pembakar semangat kami dalam lebih meningkatkan kompetensi kami guru-guru Madrasah Tsanawiyah Padureso. Sebenarnya sudah di canangkan jauh hari sebelumnya dari tahun 2009 maka kami menargetkan tahun 2015/2016 menjadi “Madrasah Unggulan dan Berkarakter”









PROGRAM EMERSI/ BILINGUAL

Untuk saat ini program Emersi(percepatan) belum ada, tapi sistem sudah terbentuk dikarenakan anak di buatkan buku pintar per-Mapel yang harus disetorkan ke masing –masing Guru mapel sesuai dengan Kompetensi Dasar dimilikinya.
Adanya kelas Bilingual dengan pengantar minimal 2 bahasa Yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing (Arab dan Inggris) sudah berjalan.









BOARDING SCHOOL

Mempunyai Boarding School, bisa dilihat fotot-foto Boarding school.








KEUNGGULAN YANG DIMILIKI

 IT (Internet Teknologi).
 CAS ( Centre Activities Student).
 Clinic Education.
 Hotspot Area.
 Finger Spot(absensi sidik jari untuk Guru dan Siswa)
 Perpaduan Modern dan Alam yang menunjang sebagai sarana KBM.
 Terbentuknya sebuah sistem kesantunan pribadi, keramahan anak dan seluru stake holder(keluarga besar) Madrasah.
 Laboratorium Alam
 Setiap Ruang Kelas dipasang LCD
 Kelompok belajar Siswa ada Fasilitas Note book guna menunjang pembelajaran.
 Education Park.


S







LAMPIRAN-LAMPIRAN









Konten Dewasa +17 ke atas.....

Kamis, 12 Januari 2012

Konten Dewasa +17 ke atas.....

Depan >

 

Tentang SelaQui

SelaQui Sekolah Internasional Kampus

Kampus 50 hektar dan lingkungan yang hijau, dengan sungai yang mengalir sepanjang pegunungan dangkal panjang dan perbukitan rendah di seluruh kampus menyajikan pemandangan SelaQui International School.

Tata letak bangunan dan lansekap yang luas menyatu indah dengan lingkungan. Semua ini memadukan ke lingkungan, tenang bebas tenang dan polusi, yang selanjutnya meningkatkan lingkungan belajar di sekolah.

Blok akademis bernama Nalanda, setelah universitas India yang terkenal, memiliki empat blok, Bahasa, Ilmu, Seni dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Ruang kelas yang luas, dirancang ergonomis dan sangat baik dilengkapi.

Sisa dari kampus meliputi Takshila; pusat Sumber Daya, sebuah kombinasi dari sebuah perpustakaan sastra dan digital; tinggal blok untuk fakultas, ibu rumah dan mentor rumah, kantor administrasi, asrama, ruang umum dan ruang makan pusat.

Seluruh kampus saling berhubungan dengan jaringan LAN komputer. Kampus ini khusus untuk anggota fakultas dan mahasiswa saja. Hal ini untuk memastikan bahwa kesucian lingkungan belajar tidak dilanggar oleh orang yang tidak secara langsung terlibat dalam proses pembelajaran.

PENDEKATAN BELAJAR MA-MTs PADURESO MODERN GREEN SCHOOL, Menuju Madrasah UNGGULAN

Konten Dewasa +17 ke atas.....

Home> Akademisi



Pendekatan Kami dalam Belajar 



Belajar melalui pengalaman

Alih-alih melahirkan guru-dipimpin pengetahuan, guru dan siswa di  MA-MTs PADURESO MODERN GREEN SCHOOL, bersama-sama membangun pengetahuan sehingga tidak ada siswa merasa ditinggalkan. Hal ini didukung oleh pengalaman lapangan dan hati-hati dirancang pekerjaan proyek dan pembelajaran terpadu. Hal ini memungkinkan pelajar untuk mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan belajar menyenangkan, kegembiraan dan tahan lama dan juga untuk menempatkan untuk menguji pengetahuan yang diperoleh.

Libatkan-bertahan-excel

Belajar dengan menciptakan sebuah pengalaman, daripada dengan hafalan, 
adalah menarik dan abadi. Kami bertujuan mempromosikan keunggulan daripada 
berfokus pada bahan hafal.


Bertanggung jawab kewarganegaraan

Proses pembelajaran di MA-MTs PADURESO MODERN GREEN SCHOOL yang paling khas. 
Belajar-mengajar kami metode bertujuan membuat siswa mandiri, pembelajar 
seumur hidup. Mereka didorong untuk unggul akademis dan untuk tumbuh 
menjadi warga yang bertanggung jawab dengan rasa yang kuat benar dan salah.


Pondasi kuat

Ditambah dengan fondasi yang kuat dari nilai-nilai sosial dan moral, mahasiswa  
MA-MTs PADURESO MODERN GREEN SCHOOL, juga mengembangkan 
penghormatan terhadap warisan masa lalu yang kaya sementara 
menguasai kompleksitas modernitas.

Senin, 02 Januari 2012

BANK SOAL IPA KELAS 7 MTs PADURESO MODERN GREEN SCHOOL

ARTIKEL-ARTIKEL PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

Konten Dewasa +17 ke atas.....

Kaca Kunci: aktivitas belajar, pembelajaran berbasis demokrasi, dynamic group.
Kata kunci untuk post ini: aktivitas belajar, proses belajar mengajar, guru, siswa, penelitian tindakan kelas, IPA Fisika, model pembelajaran, pembelajaran berbasis demokrasi, dynamic group
MAKALAH PTK-MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS I SMP NEGERI 4 DANAU PANGGANG MELALUI PENERAPAN HASIL TASK ANALYSIS (ANALISIS TUGAS)
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS I
SMP NEGERI 4 DANAU PANGGANG MELALUI PENERAPAN HASIL
TASK ANALYSIS (ANALISIS TUGAS)

Oleh : Suhadi








                                                 BAB I
                                         PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
               Perencanaan suatu pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru kepada siswa-siswanya harus selalu memperhatikan tuntutan keterampilan prasyarat. Suatu materi pelajaran harus terlebih dahulu dikaji oleh guru untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan prasyarat yang harus terlebih dahulu dikuasai siswa sebelum dapat mempelajari materi tersebut. Guru selanjutnya harus memastikan bahwa siswa telah benar-benar menguasai keterampilan-keterampilan prasyarat tersebut. Jika ternyata siswa belum atau kurang menguasai keterampilan prasyarat tersebut, maka guru terlebih dahulu harus memantapkan penguasaan keterampilan prasyarat itu.

              Rendahnya kemampuan matematis siswa-siswa Kelas 1 SMPN 4 Danau Panggang sepertinya sangat mempengaruhi keberhasilan belajar fisika mereka. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian siswa-siswa Kelas 1 SMPN 4 Danau Panggang pada bahan kajian Pengukuran dan Gerak pada semester 1 tahun pelajaran 2005/2006, tampak bahwa mayoritas siswa mengalami kesulitan pada perhitungan matematis. Kebanyakan siswa-siswa yang belum berhasil mencapai batas ketuntasan minimal disebabkan karena ketidakmampuan mereka menyelesaikan soal-soal ulangan yang diberikan pada tahapan perhitungan matematisnya. Ini bisa dimengerti, jika soal ulangan harian dalam bentuk soal pilihan ganda, maka otomatis ketidakmampuan menyelesaikan perhitungan matematis akan membuat siswa-siswa tersebut salah dalam menentukan pilihan jawaban yang benar, walaupun mereka hafal konsep atau rumus yang diperlukan untuk menjawab soal tersebut. Pada soal hitungan bentuk uraianpun mereka tidak akan memperoleh nilai yang sempurna untuk setiap soal yang diberikan, karena beberapa langkah dalam menjawab soal tidak bisa mereka selesaikan dengan benar.

              Hampir semua materi pelajaran fisika menuntut siswa untuk dapat melakukan perhitungan-perhitungan matematis. Kemampuan perhitungan matematis merupakan keterampilan prasyarat dasar yang harus dimiliki siswa yang akan mempelajari fisika. Jika siswa tidak menguasai keterampilan prasyarat ini, maka siswa akan gagal untuk mencapai hasil belajar fisika yang diharapkan.Menurut Kauchack & Eggen (1993), pada saat akan mengajarkan sebuah keterampilan kompleks guru harus terlebih dulu memecah-mecah suatu topik atau suatu keterampilan menjadi bagian-bagiannya atau keterampilan-keterampilan prasyaratnya. Cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk memecah-mecah suatu topik atau suatu keterampilan ini adalah melalui proses yang disebut task analysis (analisis tugas). Proses ini dilakukan oleh guru pada saat merencanakan kegiatan belajar mengajar.

B. Rumusan Masalah
              Rumusan masalah pada PTK ini adalah: Bagaimanakah penerapan hasil task analysis (analisis tugas) dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa Kelas I SMPN 4 Danau Panggang pada bahan kajian Gaya dan Tekanan; serta bahan kajian Energi?

C. Tujuan Penelitian
               Tujuan penelitian pada PTK ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa Kelas I SMPN 4 Danau Panggang melalui penerapan hasil task analysis (analisis tugas) pada bahan kajian Gaya dan Tekanan; serta bahan kajian Energi.

D. Manfaat Penelitian
               Manfaat penelitian yang diharapkan pada PTK ini adalah: (1) Bagi guru peneliti, dapat meningkatkan keterampilan dalam perencanaan dan pengelolaan pembelajaran, terkait dengan task analysis (analisis tugas) pada bahan kajian Gaya dan Tekanan; serta bahan kajian Energi. (2) Bagi siswa, dengan menguasai keterampilan-keterampilan prasyarat yang telah diidentifikasi oleh guru, dapat membantu mereka mencapai hasil belajar yang diharapkan pada pada bahan kajian Gaya dan Tekanan; serta bahan kajian Energi.




                                                                                        BAB II
                                                                            TINJAUAN PUSTAKA

A. Task Analysis (Analisis Tugas)
                  Menurut Arends (2001), task analysis (analisis tugas) adalah cara yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi akan hakekat sebenarnya dari suatu keterampilan yang terstruktur dengan baik, yang akan diajarkan oleh guru. Ide pokok yang melatarbelakangi munculnya analisis tugas oleh para pakar pembelajaran adalah, bahwa suatu keterampilan yang kompleks tidak akan dapat dipelajari semuanya sekaligus dalam satu waktu tertentu. Untuk mengembangkan pemahaman yang mudah dan pada akhirnya penguasaan akan sebuah keterampilan kompleks, maka keterampilan yang kompleks tadi harus terlebih dahulu dibagi-bagi menjadi komponen-komponen bagian, sehingga dapat diajarkan berurutan dengan logis dan tahap demi tahap.

                Selanjutnya Arends (2001) menyatakan bahwa analisis tugas dapat membantu guru untuk menentukan dengan tepat apa-apa saja yang dibutuhkan oleh siswa untuk dapat melakukan keterampilan kompleks yang diharapkan. Analisis tugas dapat dilakukan dengan melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) Mintalah penjelasan kepada orang yang menguasai dan dapat melakukan keterampilan itu, atau amati pada saat ia melakukan keterampilan itu. (2) Bagi-bagilah keterampilan itu menjadi keterampilan-keterampilan bagian (sub keterampilan). (3) Susunlah keterampilan-keterampilan bagian itu dengan urutan yang logis, sehingga beberapa keterampilan bagian merupakan prasyarat bagi keterampilan bagian yang lain. (4) Buatlah rancangan strategi untuk mengajarkan setiap keterampilan bagian itu, dan kemudian mempersatukannya menjadi keterampilan kompleks yang utuh.

              Guru-guru yang efektif dan berhasil dalam mengajar memang berpegang pada prinsip analisis tugas, yaitu bahwa banyak keterampilan yang terdiri atas sejumlah keterampilan bagian, dan siswa tidak akan dapat melaksanakan keterampilan tersebut secara utuh jika ada keterampilan bagian (sub keterampilan) yang belum dikuasai dengan baik (Kardi & Nur, 2001). Bagi guru yang ingin mengajarkan suatu keterampilan, guru dapat menggunakan model pembelajaran langsung (direct instruction). Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang sangat cocok untuk tujuan pembelajaran semacam ini. Keterampilan-keterampilan bagian atau sub-sub keterampilan dari sebuah keterampilan kompleks selangkah demi selangkah akan dilatihkan kepada siswa melalui model pembelajaran langsung ini. Pada pembelajaran langsung ini peran guru sangat dominan (Depdiknas, 2005b; Kardi & Nur, 2001).

B. Karakteristik Materi Pelajaran Fisika
              Bahan kajian Gaya dan Tekanan dan bahan kajian Energi menurut Kurikulum 1994, merupakan materi pelajaran yang harus dikuasai siswa kelas I SMP pada semester 2. Pada bahan kajian Gaya dan Tekanan ada tiga hal yang harus dipelajari siswa, yaitu tekanan pada benda padat; tekanan pada zat cair; dan tekanan pada gas. Guru perlu dilakukan analisis tugas yang berkaitan dengan keterampilan melakukan perhitungan matematis. Berdasarkan analisis karakteristik materi pelajaran pada bahan kajian ini, ada berbagai keterampilan melakukan perhitungan matematis yang diperlukan untuk dikuasai siswa dalam bahan kajian Gaya dan Tekanan, yaitu: (1) Menjumlahkan bilangan bulat atau bilangan desimal. (2) Mengurangkan bilangan bulat atau bilangan desimal. (3) Mengkuadratkan bilangan bulat atau bilangan desimal (4) Menghitung akar kuadrat. (5) Membagi bilangan bulat atau bilangan desimal. (6) Mengalikan bilangan bulat atau bilangan desimal.

                Pada bahan kajian Energi ada tiga hal yang harus dipelajari siswa, yaitu perubahan bentuk energi; Hukum kekekalan Energi; dan energi mekanik benda.. Pada bahan kajian ini guru juga perlu dilakukan analisis tugas yang berkaitan dengan keterampilan melakukan perhitungan matematis. Berdasarkan beberapa contoh soal yang membutuhkan keterampilan melakukan perhitungan matematis pada bahan kajian ini, ada berbagai keterampilan melakukan perhitungan matematis yang diperlukan untuk dikuasai siswa yang digunakan dalam bahan kajian Energi, yaitu: (1) Menjumlahkan bilangan bulat atau bilangan desimal. (2) Mengurangkan bilangan bulat atau bilangan desimal. (3) Mengalikan bilangan bulat atau bilangan desimal atau bilangan pecahan. (4) Membagi bilangan bulat atau bilangan desimal. (5) Mengkuadratkan bilangan bulat atau bilangan desimal (6) Menghitung akar kuadrat.

C. Hipotesis Tindakan
                Melalui task analysis (analisis tugas) yang dilakukan oleh guru pada saat merencanakan pembelajaran dan penerapan hasilnya pada saat melaksanakan pembelajaran diduga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa Kelas I SMPN 4 Danau Panggang.





















                                                                                BAB III
                                                                    METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
                Subjek penelitian adalah siswa Kelas I SMPN 4 Danau yang berjumlah 23 orang. Penelitian dilakukan pada semester 2, bahan kajian Gaya dan Tekanan; serta bahan kajian Energi Kurikulum 1994, dari bulan Januari sampai dengan Maret 2006 (lihat Lampiran 1).

B. Desain Penelitian
                 Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus melalui tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Tahapan-tahapan penelitian ini merupakan adopsi dari alur PTK oleh Kemmis & McTaggart (1988) dalam Sukidin, dkk. (2002).

C. Instrumen Penelitian
                 Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah: (1) Soal Tes Diagnostik Kemampuan Matematis. Tes diagnostik kemampuan matematis ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan perhitungan matematis yang telah dimiliki siswa. Ada 2 buah yang digunakan yaitu tes diagnostik keterampilan perhitungan matematis untuk bahan kajian Gaya dan Tekanan; serta tes diagnostik keterampilan perhitungan matematis untuk bahan kajian Energi. (2) Soal Ulangan Harian. Ada 2 soal ulangan harian yang digunakan yaitu soal ulangan harian untuk bahan kajian Gaya dan Tekanan, serta pretes untuk bahan kajian Energi

D. Pelaksanaan Tindakan
                  Tindakan 1 (pada Siklus I) dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Pada awal pembelajaran pertemuan pertama bahan kajian Gaya dan Tekanan, siswa diminta untuk menjawab pretes singkat yang berisi Soal Pretes Keterampilan Perhitungan Matematis untuk bahan kajian Gaya dan Tekanan. Setelah 15 menit diberi waktu menjawab siswa diminta untuk menukarkan jawabannya dengan lembar jawaban teman sebelahnya. Guru kemudian menyebutkan kunci jawaban masing-masing butir soal, lalu meminta siswa mengecek setiap jawaban pada lembar jawaban tersebut apakah betul atau salah. Setelah selesai guru peneliti kemudian merekapitulasi jumlah siswa yang menjawab benar dan salah untuk setiap butir soal dengan cara meminta siswa mengangkat tangan. Berdasarkan rekapitulasi jawaban siswa yang salah dan benar ini guru peneliti akan menentukan keterampilan matematis mana yang perlu ditingkatkan. Bimbingan dan pelatihan akan diberikan pada pertemuan-pertemuan selanjutnya sesuai dengan urutan logis materi yang akan diajarkan.

                    Jika ≥ 25% siswa (≥ 6 orang) mengalami kesulitan atau belum menguasai keterampilan tersebut maka guru perlu memberikan bimbingan dan pelatihan secara klasikal. Tetapi jika ≤ 6 orang siswa yang mengalami kesulitan atau belum menguasai keterampilan tersebut maka guru hanya memberikan bimbingan dan pelatihan secara individual kepada siswa yang mengalami kesulitan. Batas 6 orang siswa ini dipilih karena merupakan jumlah yang kira-kira mampu ditangani oleh guru peneliti untuk memberikan bimbingan individual dan pemanfaatan tutor sebaya.

                    Tindakan 2 (pada Siklus II) dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Pada awal pembelajaran pertemuan pertama bahan kajian Energi, seperti pada tindakan 1 di Siklus I, pada Siklus II ini siswa juga diminta untuk menjawab pretes singkat yang berisi Soal Pretes Keterampilan Perhitungan Matematis untuk bahan Energi. Setelah 15 menit diberi waktu menjawab siswa diminta untuk menukarkan jawabannya dengan lembar jawaban teman sebelahnya. Guru kemudian merekapitulasi jumlah siswa yang menjawab benar dan salah seperti pada Siklus I. Kemudian berdasarkan rekapitulasi jawaban siswa yang salah dan benar ini guru peneliti akan menentukan keterampilan matematis mana yang perlu ditingkatkan pada Siklus II ini.

                    Kriteria jumlah siswa yang sama seperti pada Siklus I juga dipakai untuk menentukan apakah bimbingan dan pelatihan diberikan secara klasikal; atau individual dan pemanfaatan tutor sebaya pada Siklus II.
Langkah-langkah pelaksanaan tindakan ini tergambar secara implisit di dalam Rencana Pembelajaran (RP).

E. Analisis Data dan Refleksi
                    Data yang diperoleh dari hasil Tes Diagnostik Keterampilan Perhitungan Matematis berupa jawaban siswa, baik untuk bahan kajian Gaya dan Tekanan, maupun untuk bahan kajian Energi akan menunjukkan langkah selanjutnya yang harus ditempuh oleh guru peneliti. Berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan siswa guru peneliti dapat memutuskan apakah siswa memerlukan bimbingan dan pelatihan atau tidak untuk sub-sub keterampilan tertentu. Jika mereka memerlukan bimbingan dan pelatihan, guru peneliti kemudian menentukan lagi apakah bimbingan dan pelatihan diberikan secara klasikal ataukah hanya secara individual dan pemanfaatan tutor sebaya.

                    Data yang diperoleh dari instrumen Soal Ulangan Harian berupa jawaban siswa, baik untuk bahan kajian Gaya dan Tekanan, maupun untuk bahan kajian Energi di analisis dengan menggunakan Analisis Ulangan. Hasilnya analisis akan menunjukkan apakah usaha guru dalam menerapkan task analysis (analisis tugas) dapat membantu meningkatkan hasil belajar fisika pada butir-butir soal yang memerlukan keterampilan perhitungan matematis maupun hasil belajar fisika secara umum.

                Refleksi yang dilakukan didasarkan pada hasil observasi dan analisis data yang diperoleh Siklus I dan Siklus II. Refleksi 1 dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Refleksi juga dilakukan untuk melihat kelemahan-kelemahan yang terjadi pada Siklus I untuk dapat diperbaiki pada Siklus II. Hasil refleksi Siklus I dipakai untuk menyusun rencana pada Siklus II.

BAB. IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian
1. Siklus I
Pada awal pembelajaran untuk bahan kajian Gaya dan Tekanan dilakukan tes diagnostik kemampuan matematis. Hasil tes yang telah dianalisis menunjukkan bahwa kemampuan matematis untuk keterampilan menghitung akar kuadrat (butir soal 4.b.); membagi bilangan bulat di mana pembagi lebih besar daripada bilangan yang dibagi (butir soal 5.b.); membagi bilangan desimal di mana pembagi lebih kecil daripada bilangan yang dibagi (butir soal 5.c.); membagi bilangan desimal di mana pembagi lebih besar daripada bilangan yang dibagi (butir soal 5.d.); mengalikan bilangan bulat (butir soal 6.a.) mengalikan bilangan desimal (butir soal 6.b.). masih belum dikuasai oleh ≥ 25% siswa, dengan demikian keterampilan-keterampilan ini akan diajarkan secara klasikal melalui model pembelajaran langsung (direct instruction).
Kemampuan matematis untuk keterampilan menjumlahkan bilangan desimal (butir soal 1.b.); mengurangkan bilangan desimal (butir soal 2.b.); dan mengkuadratkan bilangan bulat (butir soal 3.a. dan 3.b.) telah dikuasai oleh ≥ 75% siswa, sehingga dengan demikian keterampilan-keterampilan ini akan diajarkan secara individual oleh guru atau lewat tutor sebaya (teman yang duduk berdekatan yang sudah menguasai keterampilan ini) melalui latihan-latihan soal yang diberikan.
Kemampuan matematis untuk keterampilan menjumlahkan bilangan bulat (butir soal 1.a.); dan mengurangkan bilangan bulat (butir soal 2.a.) telah dikuasai oleh seluruh (100%) siswa sehingga tidak diperlukan pembimbingan lagi.

Pelatihan dan pembimbingan yang diberikan untuk memperbaiki kemampuan matematis siswa ternyata menunjukkan hasil yang bagus. Ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian yang diberikan pada akhir bahan kajian. Sebelum tindakan I (bahan kajian Gerak), rata-rata skor ulangan harian (seluruh soal) adalah 6,98. Untuk soal-soal yang berhubungan dengan keterampilan matematis, rata-rata skor yang diperoleh adalah 6,45. Setelah diberikan tindakan I rata-rata skor ulangan harian (seluruh soal) adalah 7,74. Untuk soal-soal yang berhubungan dengan keterampilan matematis, rata-rata skor yang diperoleh adalah 7,60.

Walaupun penerapan task analysis (analisis tugas) pada Siklus I menunjukkan adanya keberhasilan, di dalam pelaksanaannya guru masih mengalami beberapa kendala. Kendala-kendala yang dialami oleh guru peneliti pada Siklus I ini adalah: (1) Walaupun sudah diminta untuk menghafal perkalian 1-10, beberapa siswa masih kesulitan ketika diminta menjawab atau menyelesai-kan soal-soal yang berkaitan dengan perkalian bilangan bulat di atas perkalian 5 (perkalian 6 – 9). Kemungkinan Solusi yang dapat dipilih : Dari hasil diskusi dengan seorang teman sejawat yang merupakan seorang guru matematika, guru peneliti memperoleh tips mudah untuk mengajarkan perkalian bilangan bulat dari perkalian 6 – 9, kepada siswa. (2) Siswa yang diminta menjadi tutor sebaya bagi temannya masih belum berfungsi dengan baik. Kemungkinan Solusi yang dapat dipilih: Meminta siswa untuk lebih bersikap kooperatif, dan menjadikan sifat penolong sebagai sifat yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap siswa.

2. Siklus II
Hasil tes diagnostik kemampuan matematis untuk bahan kajian Energi yang telah dianalisis menunjukkan bahwa kemampuan matematis untuk keterampilan membagi bilangan desimal di mana pembagi lebih kecil daripada bilangan yang dibagi (butir soal 4.c.); membagi bilangan desimal di mana pembagi lebih besar daripada bilangan yang dibagi (butir soal 4.d.); masih belum dikuasai oleh ≥ 25% siswa, dengan demikian keterampilan-keterampilan ini, seperti pada Siklus I juga akan diajarkan secara klasikal melalui model pembelajaran langsung (direct instruction).

Kemampuan matematis untuk keterampilan menjumlahkan bilangan desimal (butir soal 1.b.); mengurangkan bilangan desimal (butir soal 2.b.); dan mengkuadratkan bilangan bulat (butir soal 3.a. dan 3.b.) membagi bilangan bulat di mana pembagi lebih besar daripada bilangan yang dibagi (butir soal 4.b.); mengalikan bilangan bulat (butir soal 5.a); mengalikan bilangan desimal (butir soal 5.b) telah dikuasai oleh ≥ 75% siswa, sehingga dengan demikian keterampilan-keterampilan ini akan diajarkan secara individual oleh guru atau lewat tutor sebaya (teman yang duduk berdekatan yang sudah menguasai keterampilan ini) melalui latihan-latihan soal yang diberikan.Kemampuan matematis untuk keterampilan menjumlahkan bilangan bulat (butir soal 1.a.); dan mengurangkan bilangan bulat (butir soal 2.a.); membagi bilangan bulat di mana pembagi lebih kecil daripada bilangan yang dibagi (butir soal 4.a.) telah dikuasai oleh seluruh (100%) siswa sehingga tidak diperlukan pembimbingan lagi.

Pelatihan dan pembimbingan yang diberikan untuk memperbaiki kemampuan matematis siswa baik secara klasikal maupun secara individual pada Siklus II ini ternyata menunjukkan hasil yang lebih baik dibanding hasil yang diperoleh pada Siklus I. Ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian yang diberikan pada akhir bahan kajian. Pada Siklus I (bahan kajian Gaya dan Tekanan), rata-rata skor ulangan harian (seluruh soal) adalah 7,74. Untuk soal-soal yang berhubungan dengan keterampilan matematis, rata-rata skor yang diperoleh adalah 7,60. Setelah diberikan tindakan 2 rata-rata skor ulangan harian (seluruh soal) adalah 8,50. Untuk soal-soal yang berhubungan dengan keterampilan matematis, rata-rata skor yang diperoleh adalah 8,60.

Penerapan task analysis (analisis tugas) pada Siklus II menunjukkan adanya keberhasilan yang lebih baik dibanding keberhasilan yang telah dicapai pada Siklus I. Jadi secara keseluruhan, penerapan task analysis (analisis tugas dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas I SMPN 4 Danau Panggang (Gambar 2). Kendala-kendala yang dialami oleh guru peneliti pada Siklus I tidak lagi ditemukan dalam intensitas yang dapat mengganggu proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

B. Pembahasan
Analisis tugas yang dilakukan guru untuk mengidentifikasi sub-sub keterampilan yang diperlukan oleh siswa sebagai keterampilan prsyarat untuk menguasai kemampuan menyelesaikan soal-soal hitungan fisika pada bahan kajian Gaya dan Tekanan; serta bahan kajian Energi telah dapat membantu siswa untuk belajar setahap demi setahap. Kemampuan untuk menyelesaikan soal-soal hitungan fisika adalah sebuah keterampilan yang kompleks. Ada keterampilan-keterampilan bagian (sub-sub keterampilan) yang harus dikuasai oleh siswa terlebih dahulu. Sub-sub keterampilan tersebut salah satunya adalah keterampilan matematis. Keterampilan matematis sendiri masih terdiri dari beberapa sub keterampilan seperti keterampilan mengalikan bilangan bulat, membagi bilangan bulat, dan lain sebagainya.

Hasil tes diagnostik kemampuan matematis yang diberikan guru peneliti di awal pembelajaran setiap bahan kajian telah membantu guru untuk menentukan berapa dan siswa mana saja yang memerlukan bimbingan dan pelatihan, serta cara memberikan bimbingan dan pelatihan, apakah secara klasikal ataukah secara individual dan pemanfaatan tutor sebaya. Lewat hasil tes diagnostik ini pula dapat dilihat keterampilan matematis mana yang telah atau yang belum dikuasai oleh siswa. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Arends (2001) bahwa analisis tugas dapat membantu guru untuk menentukan dengan tepat apa-apa saja yang dibutuhkan oleh siswa untuk dapat melakukan keterampilan kompleks yang diharapkan.

Peningkatan nilai rata-rata soal-soal ulangan harian yang berhubungan dengan keterampilan matematis, soal-soal yang tidak berhubungan dengan keterampilan matematis dan seluruh soal (rata-rata ulangan harian) menunjukkan bahwa seperti yang disebutkan oleh Arends (2001), bahwa untuk mengembangkan pemahaman yang mudah dan pada akhirnya penguasaan akan sebuah keterampilan kompleks, maka keterampilan yang kompleks tadi harus terlebih dahulu dibagi-bagi menjadi komponen-komponen bagian, sehingga dapat diajarkan berurutan dengan logis dan tahap demi tahap. Peningkatan nilai rata-rata ini juga sesuai dengan pendapat Kardi & Nur, (2001) bahwa guru yang efektif dan berhasil dalam mengajar harus selalu berpegang pada prinsip analisis tugas, yaitu bahwa banyak keterampilan yang terdiri atas sejumlah keterampilan bagian, dan siswa tidak akan dapat melaksanakan keterampilan tersebut secara utuh jika ada keterampilan bagian (sub keterampilan) yang belum dikuasai dengan baik (Kardi & Nur, 2001).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan hasil task analysis (analisis tugas) dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa Kelas I SMPN 4 Danau Panggang pada bahan kajian Gaya dan Tekanan; serta bahan kajian Energi.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disarankan kepada guru untuk menerapkan hasil task analysis (analisis tugas) untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa Kelas I SMPN 4 Danau Panggang pada bahan kajian Gaya dan Tekanan; serta bahan kajian Energi.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I., 2001. Learning to Teach. 5th edition. Boston: McGraw Hill.
Arikunto, S. dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Depdiknas. 2005.a. Materi Pelatihan Terintegrasi IPA, Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Direktorat PLP.
Depdiknas. 2005.b. Materi Pelatihan Terintegrasi IPA, Model-Model Pengajaran dalam Pembelajaran IPA. Jakarta: Direktorat PLP.
Depdiknas. 2005.c. Materi Pelatihan Terintegrasi IPA, Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Direktorat PLP.
Kardi, S. & Nur, M., 2001. Pengajaran Langsung. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program Pascasarjana Unesa, University Press.
Kauchack, Donald P., & Eggen, Paul D. 1993. Learning and Teaching. 2nd Edition. Boston: Allyn and Bacon.
Sukidin dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendekia.

PTK ( Penelitian Tindakan Kelas )—Butir-Butir Penting

PTK ( Penelitian Tindakan Kelas )—Butir-Butir Penting.
Karakteristik PTK :
1. On the job problem oriented
2. Problem Solving oriented
3. Improvement oriented
4. Multidata oriented
5. Partisipatory oriented
6. Siklus: (1) perencanaan atau planning, (2) pelaksanaan tindakan atau acting, dan (3) pengamatan dan refleksi atau observasing-reflekting.

Manfaat PTK :
1. Guru menjadi dan peka terhadap masalah
2. Terjalinnya kerjasama untuk meningkatkan mutu KBM
3. Perhatian terhadap siswa terus menerus
4. Mutu diri dan kinerja
5. Capai tujuan KBM

Prinsip PTK (Hopkins, 1993) :
1. Tidak menggangu komitmen dan tugas utama guru yaitu menyelenggarakan pembelajaran yang berkualitas
2. Melaksanakan PTK pada dasarnya merekam dan melaporkan proses dan hasil pembelajaran secara sisematik dan       terkendali menurut kaidah ilmiah
3. Kegiatan penelitian yang dilakukan merupakan bagian integral dari pembelajaran dan harus tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah
4. Masalah yang dipecahkan adalah masalah pembelajaran riil dan merisaukan
5. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan
6. Cakupan masalah tidak hanya dibatasi pada masalah pembelajaran di ruang kelas

Bidang kajian PTK :
1. Pembelajaran di kelas : cara belajar dan proses
2. Desain dan strategi PBM : pengelolaan prosedur dan metode
3. Alat bantu,media dan sumber belajar
4. Sistem evalusai PBM
5. Implementasi kurikulum

Prosedur PTK :
1. Permasalahan
2. Alternatif pemecahan masalah
3. Pelaksanaan tindakan 1
4. Observasi 1
5. Analisis data 1
6. refleksi 1
7. Terselesaikan ? (siklus 1)
8. Tidak? Alternatif pemecahan (rencana tindakan 2)
9. Pelaksanaan tindakan 2
10. Observasi 2
11. Analisis data 2
12. Refleksi 2
13. Terselesaikan ? Siklus 2
14. Tidak ? rencana tindakan selanjutnya

Menemukan Masalah PTK :
1. Merenung
2. Berfikir tentang apa yang mungkin dapat diperbaiki
3. Pikirkan tentang beberapa kelompok masalah pembelajaran
4. Pilih masalah yang layak
5. Pilih masalah yang tidak terlalu luas dan sempit
6. Pilih masalah yang strategis
7. Pilih masalah yang anda senangi
8. Pilih masalah yang anda kuasai

Langkah PTK :
1. Identifikasi dan analisis masalah
2. Merumuskan masalah
3. Merumuska tindakan
4. Melaksanakan tindakan
5. Melakukan refleksi (analisis,memarik kesimpulan dll)

Sistematika Laporan PTK :
1. Latar Belakang Masalah
2. Perumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian

Latar Belakang Masalah PTK :
1. Menulis kenyataan yang ada
2. Menulis harapan yang akan di tuju
3. Adanya masalah
4. Adanya solusi* Identifikasi masalah* Pembatasan masalah* Adanya solusi

Perumusan masalah PTK :Dikembangkan dari identifikasi dan pembatasan masalah

Oleh : Poniman S., S.Pd.
Penelitian Tindakan Kelas—Diagnosis dan Penetapan Masalah

Penelitian Tindakan Kelas—Diagnosis dan Penetapan Masalah
Oleh: Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D. dan Dr. Kisyani Laksono

                  Masalah PTK yang merupakan penelitian kolaborasi antara dosen dan guru di sekolah hendaknya berasal dari persoalan-persoalan praktis yang dihadapi guru di kelas. Oleh karena itu, diagnosis masalah hendaknya tidak dilakukan oleh dosen lalu ”ditawarkan” kepada guru untuk dipecahkan tetapi sebaiknya dilakukan bersama-sama oleh dosen dan guru. Pada kenyataannya dosen dapat mengajak guru untuk berkolaborasi melakukan PTK dan menanyakan masalah-masalah apa yang dihadapi guru yang mungkin dapat diteliti melalui PTK. Guru yang telah berpengalaman melakukan penelitian tindakan kelas mungkin dapat langsung mengatakan permasalahan yang dihadapinya yang mungkin dapat diteliti bersama dan kemudian membahas masalah tersebut dengan dosen.
                 Lain halnya dengan guru yang belum berpengalaman dalam PTK. Guru tersebut mungkin belum dapat secara langsung mengemukakan permasalahan yang mungkin dapat diteliti bersama dosen. Dalam hal ini dosen perlu meminta izin kepada guru untuk hadir di kelas dan mengamati guru mengajar. Setelah pembelajaran berakhir dosen dapat terlebih dahulu menanyakan kepada guru masalah apa yang dirasakan guru pada saat pembelajaran sebelum mengusulkan salah satu permasalahan yang dipikirkan dosen. Dosen baru-boleh mengajukan permasalahan bila guru tidak dapat mendeteksi adanya masalah di kelasnya.
                Di dalam mendiagnosis masalah untuk PTK ini guru dan dosen harus ingat bahwa tidak semua topik penelitian dapat diangkat sebagai topik PTK. Hanya masalah yang dapat “dikembangkan berkelanjutan” dalam kegiatan harian selama satu semester atau satu tahun yang dapat dipilih menjadi topik. “Dikembangkan berkelanjutan” berarti bahwa setiap waktu tertentu, misalnya 2 minggu atau satu bulan, rumusan masalahnya, atau hipotesis tindakannya, atau pelaksanaannya sudah perlu diganti atau dimodifikasi. Dalam kegiatan di kelas, guru dapat mencermati masalah-masalah apa yang dapat dikembangkan berkelanjutan ini dalam empat bidang yaitu yang berkaitan dengan pengelolaan kelas, proses belajar-mengajar, pengembangan/penggunaan sumber-sumber belajar, maupun sebagai wahana peningkatan personal dan profesional.
PTK yang dikaitkan dengan pengelolaan kelas dapat dilakukan dalam rangka: 1) meningkatkan kegiatan belajar-mengajar, 2) meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar, 3) menerapkan pendekatan belajar-mengajar inovatif, dan 4) mengikutsertakan pihak ketiga dalam proses belajar-mengajar. PTK yang dikaitkan dengan proses belajar mengajar dapat dilakukan dalam rangka: 1) menerapkan berbagai metode mengajar, 2) mengembangkan kurikulum, 3) meningkatkan peranan siswa dalam belajar, dan 4) memperbaiki metode evaluasi. PTK yang dikaitkan dengan pengembangan/penggunaan sumber-sumber belajar dapat dilakukan dalam rangka pengembangan pemanfaatan 1) model atau peraga, 2) sumber-sumber lingkungan, dan 3) peralatan tertentu. PTK sebagai wahana peningkatan personal dan profesional dapat dilakukan dalam rangka 1) meningkatkan hubungan antara siswa, guru, dan orang tua, 2) meningkatkan “konsep diri” siswa dalam belajar, 3) meningkatkan sifat dan kepribadian siswa, serta 4) meningkatkan kompetensi guru secara profesional. Jadi, masalah penelitian yang dipilih hendaknya memenuhi kriteria “dapat diteliti”, dapat “ditindaki”, dan “ditindaklanjuti”.
                Dari sekian banyak kemungkinan masalah, guru bersama dosen perlu mendiagnosis masalah apa atau masalah mana yang perlu diprioritaskan pemecahannya dalam penelitian yang akan dilakukan bersama itu. Penetapan masalah hendaknya dilakukan bersama oleh dosen dan guru setelah menganalisis seluruh pilihan masalah, minat, dan keinginan guru serta dosen (bersama) untuk memecahkan salah satu atau beberapa di antaranya. Penetapan masalah ini ditandai dengan penentuan permasalahan yang akan diteliti dan perumusan fokus masalahnya. Rumusan fokus masalah yang mungkin ditetapkan bersama antara guru dan dosen dapat berupa rumusan sebagai berikut: Bagaimana membelajarkan siswa materi tertentu agar siswa mau dan mampu belajar?
                 Masalah-masalah lain yang mungkin dihadapi guru dapat berupa:• Bagaimana meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar? yang “ideal” itu dapat meningkatkan antusiasme siswa sehingga mereka sepertinya “tidak sabar” menunggu-nunggu datangnya jam pelajaran yang dibina oleh guru tersebut;• Bagaimana mengajak siswa agar di kelas mereka benar-benar aktif belajar (aktif secara mental maupun fisik, aktif berpikir)?• Bagaimana menghubungkan materi pembelajaran dengan lingkungan kehidupan siswa sehari-hari agar mereka dapat menggunakan pengetahuan dan pemahamannya mengenai materi itu dalam kehidupan sehari-hari dan tertarik untuk mempelajarinya karena mengetahui manfaatnya?• Bagaimana memilih strategi pembelajaran yang paling tepat untuk membelajarkan materi?• Bagaimana melaksanakan pembelajaran kooperatif?
                 Striger (2004) memberikan arahan untuk memfokuskan penelitian dengan jelas setelah melakukan refleksi mengenai apa yang terjadi yang memunculkan masalah dan apa isu serta peristiwa yang terkait dengan masalah. Isu atau masalah itu harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang dapat diteliti dan diidentifikasi tujuan meneliti masalah tersebut.
Isu atau topik yang ingin diteliti: Definisikan apa isu atau peristiwa yang menimbulkan permasalahan.Masalah penelitian: Nyatakan isu sebagai suatu masalah.Rumusan masalah: Tuliskan masalah dalam bentuk pertanyaan. Tujuan penelitian:Deskripsikan apa yang diharapkan dapat diperoleh dengan meneliti masalah ini.
Misalnya dipilih masalah sebagai berikut.Isu : Siswa kurang aktif di kelas, cenderung tidak pernah mengajukan pertanyaan dalam pembelajaran. Guru sering memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tetapi hampir tidak ada siswa yang bertanya.Masalah : Siswa perlu digalakkan untuk aktif dalam kelas, aktif secara utuh (sedapat mungkin ”hands on” atau ”minds on”, bahkan juga kalau mungkin ”hearts on”).Fokus masalah: Bagaimana meningkatkan partisipasi siswa dalam kelas?Rumusan masalah PTK yang lengkap biasanya berupa suatu pertanyaan dalam bentuk ”Masalah apa yang terjadi di kelas, bagaimana upaya mengatasinya, apa tindakan yang dianggap tepat untuk itu, di kelas, dan sekolah mana hal itu terjadi?”Contoh fokus masalah (rumusan masalah yang belum dilengkapi dengan tindakan dan lokasi penelitian): Bagaimana peningkatan partisipasi siswa dalam kelas, baik secara ”hands on”, ”minds on” maupun ”hearts on” ?Tujuan penelitian: Merupakan jawaban terhadap masalah penelitian Contoh tujuan (yang belum dilengkapi dengan tindakan dan lokasi penelitian): Meningkatkan partisipasi siswa dalam kelas, baik secara ”hands on”, ”minds on” maupun ”hearts on”..Setelah ditetapkan fokus masalah seperti itu, dosen dan guru berdiskusi mengadakan gagas pendapat mengenai tindakan apa saja yang dapat dipilih untuk memecahkan masalah.

                                                                          Daftar Rujukan

Chotimah, Husnul, dkk. 2005. “Laporan Koordinator Bidang Studi Biologi Semester II Tahun Pelajaran 2004-2005”. Malang: Yayasan Pendidikan Universitas Negeri Malang
SMA Laboratorium UM.Depdikbud. 1999. Bahan Pelatihan Penelitian Tindakan. Jakarta
Depdikbud, Dirjen Dikdasmen, Dikmenum.Mills, Geoffrey. 2003. Action Research: A Guide for the Teacher Researcher. New Jersey: Prentice Hall.Reed, A. J. S. & Bergermann, V.E. 1992. A Guide to Observation and Participation: In the Classroom. Connecticut: The Dushkin Publishing Group, Inc.Stringer, Ernie. 2004. Action Research in Education. Columbus: Pearson, Menvi Prentice Hall.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS—PROSEDUR ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS—PROSEDUR ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
Oleh: Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D. dan Dr. Kisyani Laksono

Dalam PTK, perhatian lebih kepada kasus daripada sampel. Hal ini berimplikasi bahwa metodologi yang dipakai lebih dapat diterapkan terhadap pemahaman situasi problematik daripada atas dasar prediksi di dalam parameter.

Analisis Data Penelitian
Tahap-tahap analisis data penelitian meliputi:
a. validasi hipotesis dengan menggunakan teknik yang sesuai (saturasi, triangulasi, atau jika memang perlu uji statistik);
b. interpretasi dengan acuan teori, menumbuhkan praktik, atau pendapat guru;
c. tindakan untuk perbaikan lebih lanjut yang juga dimonitor dengan teknik penelitian kelas.
Analisis dilakukan dengan menggunakan hasil pengumpulan informasi yang telah dilakukan dalam tahap pengumpulan data. Misalnya, dengan memutar kembali hasil rekaman proses pembelajaran dengan video tape recorder guru mengamati kegiatan mengajarnya dan membahas masalah-masalah yang menjadi perhatian penelitian bersama dengan dosen. Pada proses analisis dibahas apa yang diharapkan terjadi, apa yang kemudian terjadi, mengapa terjadi tidak seperti yang diharapkan, apa penyebabnya atau ternyata sudah terjadi seperti yang diharapkan, dan apakah perlu dilakukan tindaklanjut

Validasi hipotesis
Validasi hipotesis adalah diterima atau ditolaknya suatu hipotesis.
Jika di dalam desain penelitian tindakan kelas diajukan hipotesis tindakan yang merupakan keyakinan terhadap tindakan yang akan dilakukan, maka perlu dilakukan validasi. Validasi ini dimaksudkan untuk menguji atau memberikan bukti secara empirik apakah pernyataan keyakinan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis tindakan itu benar. Validasi hipotesis tindakan dengan menggunakan tehnik yang sesuai yaitu: saturasi, triangulasi dan jika perlu dengan uji statistik tetapi bukan generalisasi atas hasil PTK. Saturasi, apakah tidak ditemukan lagi data tambahan. Triangulasi, mempertentangkan persepsi seseorang pelaku dalam situasi tertentu dengan aktor-aktor lain dalam situasi itu, jadi data atau informasi yang telah diperoleh divalidasi dengan melakukan cek, recek, dan cek silang dengan pihak terkait untuk memperoleh kesimpulan yang objektif.

Interpretasi Data Penelitian
Interpretasi berarti mengartikan hasil penelitian berdasarkan pemahaman yang dimiliki peneliti. Hal ini dilakukan dengan acuan teori, dibandingkan dengan pengalaman, praktik, atau penilaian dan pendapat guru. Hipotesis tindakan yang telah divalidasi dicocokkan dengan mengacu pada kriteria, norma, dan nilai yang telah diterima oleh guru dan siswa yang dikenai tindakan.

Penyusunan Laporan Penelitian
Di Bab Hasil dan Pembahasan Penelitian dalam Laporan PTK pada umumnya peneliti terlebih dulu menyajikan paparan data yang mendeskripsikan secara ringkas apa saja yang dilakukan peneliti sejak pengamatan awal (sebelum penelitian) yaitu kondisi awal guru dan siswa diikuti refleksi awal yang merupakan dasar perencanaan tindakan siklus I, dilanjutkan dengan paparan mengenai pelaksanaan tindakan, hasil observasi kegiatan guru, observasi situasi dan kondisi kelas dan hasil observasi kegiatan siswa. Paparan data itu kemudian diringkas dalam bentuk temuan penelitian yang berisi pokok-pokok hasil observasi dan evaluasi yang disarikan dari paparan data.
Berikutnya berdasarkan temuan data dilakukan refleksi hasil tindakan siklus 1 yang dijadikan dasar untuk merencanakan tindakan untuk siklus ke 2. Di sini dapat dibandingkan hasil siklus 1 dengan indikator keberhasilan tindakan siklus 1 yang telah ditetapkan berdasarkan refleksi awal.
Paparan data siklus dua juga lengkap mulai perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi. Ringkasan paparan data dicantumkan dalam bentuk temuan penelitian. Temuan ini menjadi dasar refleksi tindakan siklus ke 2, termasuk apakah perlu dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan untuk siklus ke 3. Peneliti dapat membandingkan hasil siklus 2 ini dengan indikator keberhasilan tindakan siklus 2 yang telah ditetapkan berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus ke 1.
Jadi prosedur analisis dan interpretasi data penelitian dilaksanakan secara deskriptif kualitatif dengan meringkas data (reduksi data), saturasi dan triangulasi.

PTK merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan keprofesionalan guru maupun dosen. Dalam pelaksanaannya dosen dan guru perlu melakukan segala langkah penelitian ini secara bersama-sama (kolaboratif) dari awal hingga akhir. Ciri khas penelitian ini ialah adanya masalah pembelajaran dan tindakan untuk memecahkan masalah ini. Penelitian tindakan sebenarnya dapat dilakukan oleh guru atau dosen sendiri-sendiri atau seperti dalam pelatihan ini, guru dan dosen dapat saling berkolaborasi. Tahapan penelitian dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi refleksi yang dapat diulang sebagai siklus. Refleksi merupakan pemaknaan dari hasil tindakan yang dilakukan dalam rangka memecahkan masalah. Disarankan guru dan dosen dapat secara kolaboratif melakukan tindakan kelas ini untuk peningkatan keprofesionalannya.

Proposal usulan penelitian tindakan kelas perlu dibuat sebagai pedoman (tuntunan) dalam melaksanakan penelitian. Dalam penyusunan usulan yang sesungguhnya guru peneliti harus berusaha memenuhi ketentuan, kriteria atau standar yang ditetapkan oleh sponsor atau lembaga pemberi dana. Saran lainnya ialah banyak membaca laporan penelitian, artikel dan sumber-sumber mengenai penelitian tindakan kelas.
Di hadapan para bapak ibu dosen yang hadir dalam pelatihan kali ini saya sampaikan harapan masa depan saya mengenai PTK ini yaitu agar makin banyak guru maupun dosen sains seluruh Indonesia yang melaksanakan PTK.
Keinginan lainnya adalah agar dalam pelaksanaan PTK itu dosen dan guru tidak hanya sekedar melaksanakan, tapi juga mengkomunikasikan hasilnya kepada rekan-rekan guru dan dosen lain melalui media komunikasi (majalah) yang sudah ada sekarang. Saya pikir kita juga sudah punya organisasi profesi sehingga pertemuan periodik antar guru dan dosen untuk pengembangan profesi dapat direncanakan dan dilaksanakan secara lebih terjadwal. Melalui pertemuan ilmiah dan majalah ilmiah itu antara para guru dan dosen bidang studi diharapkan dapat terjadi saling tukar informasi, pengalaman, dan pemikiran untuk peningkatan keprofesionalan guru dan dosen.
Akhir kata, saya ingatkan kembali bahwa profesi guru dan dosen adalah profesi yang memerlukan pengembangan terus-menerus, karenanya setiap guru dan dosen harus selalu siap, mau, dan mampu untuk membelajarkan dirinya sepanjang hayat agar dapat lebih mampu membelajarkan anak didiknya. PTK merupakan salah satu sarana belajar sepanjang hayat yang penting yang perlu dikuasai oleh setiap guru dan dosen yang mau mengembangkan keprofesionalannya.

Daftar Rujukan
Chotimah, Husnul, dkk. 2005. “Laporan Koordinator Bidang Studi Biologi Semester II Tahun Pelajaran 2004-2005”. Malang: Yayasan Pendidikan Universitas Negeri Malang: SMA Laboratorium UM.
Depdikbud. 1999. Bahan Pelatihan Penelitian Tindakan. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikdasmen, Dikmenum.
Mills, Geoffrey. 2003. Action Research: A Guide for the Teacher Researcher. New Jersey: Prentice Hall.
Reed, A. J. S. & Bergermann, V.E. 1992. A Guide to Observation and Participation: In the Classroom. Connecticut: The Dushkin Publishing Group, Inc.
Stringer, Ernie. 2004. Action Research in Education. Columbus: Pearson, Menvi Prentice Hall.

Pelajaran Model-Kirim

                    Pelajaran Model-Inquiry "Inquiry adalah proses dimana para ilmuwan mengajukan pertanyaan tentang dunia alam dan mencari jawaban dan pemahaman lebih dalam, daripada mengetahui oleh otoritas atau proses lainnya." Ini qoute diambil dari edisi draft Ilmu Pendidikan Nasional standarts dokumen 1991 , menunjukkan bahwa pengajaran sains sekolah mungkin lebih selaras dengan praktek ilmu jika itu diajarkan dalam mode mempertanyakan bukan di modus ekspositoris tradisional yang digunakan di kelas ilmu pengetahuan yang paling. Pengajaran dengan cara penyelidikan dapat menyebabkan siswa dalam belajar sains dengan cara yang lebih akurat mengungkapkan sifat sejati dari ilmu pengetahuan. Metode ini juga dapat membawa perubahan konseptual yang lebih efektif dan lebih permanen dalam pikiran siswa. Hal ini penting untuk memulai dengan mengatakan penyelidikan yang tidak semata-mata dalam domain ilmu pengetahuan. Bidang lain dari usaha intelektual-seperti masalah sosial, matematika, analisis sastra, dan sejarah-juga menggunakan penyelidikan secara efektif. Sebagai contoh, anggaplah bahwa satu keinginan untuk mempelajari efek potensial dari populasi yang meningkat (termasuk manusia, spesies hewan, dan tumbuhan) pada lingkungan di bagian tertentu dunia. Untuk studi ini pasti pertanyaan wouls perlu diminta, hipotesis tertentu dirumuskan, dirancang percobaan, data yang dikumpulkan dan dianalisis, dan kesimpulan ditarik. Kegiatan ini merupakan inqury dan investigasi. Informasi tidak dapat obtainedsimply dengan mengacu pada buku atau kewenangan karena informasi tersebut mungkin tidak tersedia. Permintaan menjadi metode penting dari menyerang masalah. Ketika siswa belajar ilmu pengetahuan dengan menggunakan investigasi dan penyelidikan, mereka menggunakan keterampilan yang berbeda. Beberapa keterampilan ini psikomotor yang melibatkan melakukan sesuatu yang fisik, seperti mengumpulkan dan menyiapkan peralatan, melakukan observasi dan pengukuran, pencatatan data, dan grafik menggambar. Lain kemampuan siswa yang mempekerjakan intelektual atau akademis, seperti menganalisis data, membuat perbandingan, mengevaluasi hasil, mempersiapkan laporan, dan mengkomunikasikan hasil kepada siswa lain atau guru.Siswa terlibat dalam berbagai pertunjukan yang diperlukan untuk sepenuhnya mengeksplorasi masalah, pengalaman yang mempersiapkan mereka untuk masa depan ketika masalah lain menghadapi mereka. Mereka tidak terbatas pada hafalan dan pembacaan seperti yang sering terjadi dalam metode pembelajaran tradisional.Sebaliknya siswa telah mengembangkan seumur hidup belajar keterampilan tertentu yang akan melayani mereka berguna di masa depan. Kata kunci: inquiry, model pembelajaran, keterampilan intelektual, investigasi 
Apa itu Penelitian Tindakan? Dan, Apa yang Tidak Action Research?

               Apa itu Penelitian Tindakan? Dan, Apa yang Tidak Action Research? Penelitian Tindakan adalah proses di mana peserta meneliti praktek sendiri pendidikan mereka sistematis dan hati-hati, menggunakan teknik penelitian. Hal ini didasarkan pada asumsi sebagai berikut: 
• Guru dan kepala sekolah bekerja terbaik pada masalah mereka telah mengidentifikasi untuk diri mereka sendiri
 
• Guru dan kepala sekolah menjadi lebih efektif ketika didorong untuk memeriksa dan menilai pekerjaan mereka sendiri dan kemudian mempertimbangkan cara kerja berbeda
 
• Guru dan kepala sekolah saling membantu lain dengan bekerja bersama-sama
 
• Bekerja dengan rekan-rekan membantu guru dan kepala sekolah dalam pengembangan profesi mereka.
                   Meskipun ada banyak jenis penelitian yang dapat dilakukan, penelitian tindakan khusus mengacu pada penyelidikan disiplin dilakukan oleh seorang guru dengan maksud bahwa penelitian ini akan menginformasikan dan perubahan nya praktek di masa depan. Penelitian ini dilakukan dalam konteks lingkungan bahwa guru adalah, dengan siswa dan di sekolah di mana guru bekerja-pada pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan masalah pendidikan di tangan.Sementara orang-orang yang panggilan untuk profesionalisasi besar mengatakan (Watts, 1985, hal 118) bahwa guru harus terus meneliti dan mendidik diri mereka sendiri tentang bidang keahlian mereka, ini berbeda dari studi pendidikan lebih pertanyaan yang muncul dari praktek mengajar. Tersirat dalam istilah penelitian tindakan adalah gagasan bahwa guru akan memulai siklus pertanyaan berpose, mengumpulkan data, refleksi, dan memutuskan suatu tindakan. Ketika keputusan ini mulai mengubah lingkungan sekolah, satu set keadaan yang berbeda muncul dengan masalah yang berbeda yang ditimbulkan, yang memerlukan tampilan baru. Memang, tindakan banyak proyek penelitian yang dimulai dengan masalah tertentu untuk memecahkan, yang solusinya mengarah ke daerah lain studi. Sementara guru dapat bekerja sendirian di studi ini, juga umum untuk beberapa guru untuk berkolaborasi pada masalah, serta mendapatkan dukungan dan bimbingan dari administrator, sarjana universitas, dan lain-lain. Pada kali, seluruh sekolah dapat memutuskan untuk menangani sebuah studi sekolah-lebar untuk mengatasi masalah umum, atau bergabung dengan orang lain untuk melihat kabupaten-lebar masalah. Apa yang Tidak Action Research?


                Penelitian tindakan tidak apa yang biasanya terlintas dalam pikiran ketika kita mendengar kata penelitian Aksi bukan proyek perpustakaan di mana kita belajar lebih banyak tentang topik yang menarik bagi kami "penelitian.".
 Hal ini tidak memecahkan masalah dalam arti mencoba untuk mencari tahu apa yang salah, melainkan pencarian pengetahuan tentang bagaimana memperbaiki. Penelitian tindakan adalah bukan tentang melakukan penelitian pada atau tentang orang-orang, atau mencari semua informasi yang tersedia tentang suatu topik mencari jawaban yang benar. Ini melibatkan orang yang bekerja untuk meningkatkan keterampilan mereka, teknik, dan strategi. Penelitian tindakan tidak tentang belajar mengapa kita melakukan hal-hal tertentu, melainkan bagaimana kita dapat melakukan hal-hal yang lebih baik. Ini adalah tentang bagaimana kita dapat mengubah instruksi kami untuk siswa dampak.
Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Ipa Fisika Melalui Pembelajaran Berbasis Demokrasi Dengan Membentuk Dynamic Group Pada SMPN 1 Pare
Oleh: Dra Wiwik Suharti

Abstrak

Pada saat proses belajar mengajar berlangsung, seorang guru tidaklah mudah menciptakan kondisi yang kondusif bagi semua siswa. Ada siswa yang proaktif, ada siswa yang tidak banyak bicara (pendiam) tetapi memiliki kemampuan akademik di atas temannya, dan terdapat pula siswa yang banyak bicara tetapi meiliki kemampuan rendah. Bahkan, ada siswa dengan kemampuan akademik menengah-ke bawah merasa tertekan sebab materi pelajaran IPA Fisika sarat dengan teori, konsep, rumus-rumus, dan praktikum yang rumit bahkan sulit dipahami. Untuk itu, melalui penelitian ini dirumuskan suatu masalah: Bagaimana cara meningkatkan aktivitas belajar IPA Fisika melalui pembelajaran berbasis demokrasi dengan membentuk dynamic group pada siswa kelas VIID di SMPN 1 Pare. Tujuan penelitian adalah: (1) meningkatkan keaktifan, daya kreativitas, dan ide-ide serta inspirasi siswa dalam pembelajaran IPA Fisika; (2) mengembangkan pembentukan atmosfir kelas yang lebih nyaman dan pembelajaran menjadi tidak menjenuhkan; (3) menghargai perbedaan gaya belajar siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih optimal; dan tujuan khusus penelitian ini adalah: (1) menggunakan hasil penelitian sebagai variasi model pembelajaran; (2) melatih berpikir bagi siswa; (3) menumbuhkan rasa percaya diri bagi siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas VIID SMPN 1 Pare Jawa Timur pada tahun pelajaran 2005/2006 dengan jumlah siswa 44 orang terdiri dari 20 laki-laki dan 24 perempuan. Menggunakan 2 siklus dengan instrumen penyajian problem, catatan lapangan, instrumen pembelajaran berbasis demokrasi dengan membentuk dynamic group, dan pedoman wawancara. Hasil penelitian ternyata terdapat peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA Fisika. Dengan demikian, melalui pembelajaran berbasis demokrasi dengan membentuk dynamic group, dapat dijadikan variasi model pembelajaran di kelas.
MAKALAH PTK-MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS I SMP NEGERI 4 DANAU PANGGANG MELALUI PENERAPAN HASIL TASK ANALYSIS (ANALISIS TUGAS)
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS I
SMP NEGERI 4 DANAU PANGGANG MELALUI PENERAPAN HASIL
TASK ANALYSIS (ANALISIS TUGAS)

Oleh : Suhadi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perencanaan suatu pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru kepada siswa-siswanya harus selalu memperhatikan tuntutan keterampilan prasyarat. Suatu materi pelajaran harus terlebih dahulu dikaji oleh guru untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan prasyarat yang harus terlebih dahulu dikuasai siswa sebelum dapat mempelajari materi tersebut. Guru selanjutnya harus memastikan bahwa siswa telah benar-benar menguasai keterampilan-keterampilan prasyarat tersebut. Jika ternyata siswa belum atau kurang menguasai keterampilan prasyarat tersebut, maka guru terlebih dahulu harus memantapkan penguasaan keterampilan prasyarat itu.

Rendahnya kemampuan matematis siswa-siswa Kelas 1 SMPN 4 Danau Panggang sepertinya sangat mempengaruhi keberhasilan belajar fisika mereka. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian siswa-siswa Kelas 1 SMPN 4 Danau Panggang pada bahan kajian Pengukuran dan Gerak pada semester 1 tahun pelajaran 2005/2006, tampak bahwa mayoritas siswa mengalami kesulitan pada perhitungan matematis. Kebanyakan siswa-siswa yang belum berhasil mencapai batas ketuntasan minimal disebabkan karena ketidakmampuan mereka menyelesaikan soal-soal ulangan yang diberikan pada tahapan perhitungan matematisnya. Ini bisa dimengerti, jika soal ulangan harian dalam bentuk soal pilihan ganda, maka otomatis ketidakmampuan menyelesaikan perhitungan matematis akan membuat siswa-siswa tersebut salah dalam menentukan pilihan jawaban yang benar, walaupun mereka hafal konsep atau rumus yang diperlukan untuk menjawab soal tersebut. Pada soal hitungan bentuk uraianpun mereka tidak akan memperoleh nilai yang sempurna untuk setiap soal yang diberikan, karena beberapa langkah dalam menjawab soal tidak bisa mereka selesaikan dengan benar.

Hampir semua materi pelajaran fisika menuntut siswa untuk dapat melakukan perhitungan-perhitungan matematis. Kemampuan perhitungan matematis merupakan keterampilan prasyarat dasar yang harus dimiliki siswa yang akan mempelajari fisika. Jika siswa tidak menguasai keterampilan prasyarat ini, maka siswa akan gagal untuk mencapai hasil belajar fisika yang diharapkan.Menurut Kauchack & Eggen (1993), pada saat akan mengajarkan sebuah keterampilan kompleks guru harus terlebih dulu memecah-mecah suatu topik atau suatu keterampilan menjadi bagian-bagiannya atau keterampilan-keterampilan prasyaratnya. Cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk memecah-mecah suatu topik atau suatu keterampilan ini adalah melalui proses yang disebut task analysis (analisis tugas). Proses ini dilakukan oleh guru pada saat merencanakan kegiatan belajar mengajar.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada PTK ini adalah: Bagaimanakah penerapan hasil task analysis (analisis tugas) dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa Kelas I SMPN 4 Danau Panggang pada bahan kajian Gaya dan Tekanan; serta bahan kajian Energi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada PTK ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa Kelas I SMPN 4 Danau Panggang melalui penerapan hasil task analysis (analisis tugas) pada bahan kajian Gaya dan Tekanan; serta bahan kajian Energi.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan pada PTK ini adalah: (1) Bagi guru peneliti, dapat meningkatkan keterampilan dalam perencanaan dan pengelolaan pembelajaran, terkait dengan task analysis (analisis tugas) pada bahan kajian Gaya dan Tekanan; serta bahan kajian Energi. (2) Bagi siswa, dengan menguasai keterampilan-keterampilan prasyarat yang telah diidentifikasi oleh guru, dapat membantu mereka mencapai hasil belajar yang diharapkan pada pada bahan kajian Gaya dan Tekanan; serta bahan kajian Energi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Task Analysis (Analisis Tugas)
Menurut Arends (2001), task analysis (analisis tugas) adalah cara yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi akan hakekat sebenarnya dari suatu keterampilan yang terstruktur dengan baik, yang akan diajarkan oleh guru. Ide pokok yang melatarbelakangi munculnya analisis tugas oleh para pakar pembelajaran adalah, bahwa suatu keterampilan yang kompleks tidak akan dapat dipelajari semuanya sekaligus dalam satu waktu tertentu. Untuk mengembangkan pemahaman yang mudah dan pada akhirnya penguasaan akan sebuah keterampilan kompleks, maka keterampilan yang kompleks tadi harus terlebih dahulu dibagi-bagi menjadi komponen-komponen bagian, sehingga dapat diajarkan berurutan dengan logis dan tahap demi tahap.

Selanjutnya Arends (2001) menyatakan bahwa analisis tugas dapat membantu guru untuk menentukan dengan tepat apa-apa saja yang dibutuhkan oleh siswa untuk dapat melakukan keterampilan kompleks yang diharapkan. Analisis tugas dapat dilakukan dengan melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) Mintalah penjelasan kepada orang yang menguasai dan dapat melakukan keterampilan itu, atau amati pada saat ia melakukan keterampilan itu. (2) Bagi-bagilah keterampilan itu menjadi keterampilan-keterampilan bagian (sub keterampilan). (3) Susunlah keterampilan-keterampilan bagian itu dengan urutan yang logis, sehingga beberapa keterampilan bagian merupakan prasyarat bagi keterampilan bagian yang lain. (4) Buatlah rancangan strategi untuk mengajarkan setiap keterampilan bagian itu, dan kemudian mempersatukannya menjadi keterampilan kompleks yang utuh.

Guru-guru yang efektif dan berhasil dalam mengajar memang berpegang pada prinsip analisis tugas, yaitu bahwa banyak keterampilan yang terdiri atas sejumlah keterampilan bagian, dan siswa tidak akan dapat melaksanakan keterampilan tersebut secara utuh jika ada keterampilan bagian (sub keterampilan) yang belum dikuasai dengan baik (Kardi & Nur, 2001). Bagi guru yang ingin mengajarkan suatu keterampilan, guru dapat menggunakan model pembelajaran langsung (direct instruction). Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang sangat cocok untuk tujuan pembelajaran semacam ini. Keterampilan-keterampilan bagian atau sub-sub keterampilan dari sebuah keterampilan kompleks selangkah demi selangkah akan dilatihkan kepada siswa melalui model pembelajaran langsung ini. Pada pembelajaran langsung ini peran guru sangat dominan (Depdiknas, 2005b; Kardi & Nur, 2001).

B. Karakteristik Materi Pelajaran Fisika
Bahan kajian Gaya dan Tekanan dan bahan kajian Energi menurut Kurikulum 1994, merupakan materi pelajaran yang harus dikuasai siswa kelas I SMP pada semester 2. Pada bahan kajian Gaya dan Tekanan ada tiga hal yang harus dipelajari siswa, yaitu tekanan pada benda padat; tekanan pada zat cair; dan tekanan pada gas. Guru perlu dilakukan analisis tugas yang berkaitan dengan keterampilan melakukan perhitungan matematis. Berdasarkan analisis karakteristik materi pelajaran pada bahan kajian ini, ada berbagai keterampilan melakukan perhitungan matematis yang diperlukan untuk dikuasai siswa dalam bahan kajian Gaya dan Tekanan, yaitu: (1) Menjumlahkan bilangan bulat atau bilangan desimal. (2) Mengurangkan bilangan bulat atau bilangan desimal. (3) Mengkuadratkan bilangan bulat atau bilangan desimal (4) Menghitung akar kuadrat. (5) Membagi bilangan bulat atau bilangan desimal. (6) Mengalikan bilangan bulat atau bilangan desimal.

Pada bahan kajian Energi ada tiga hal yang harus dipelajari siswa, yaitu perubahan bentuk energi; Hukum kekekalan Energi; dan energi mekanik benda.. Pada bahan kajian ini guru juga perlu dilakukan analisis tugas yang berkaitan dengan keterampilan melakukan perhitungan matematis. Berdasarkan beberapa contoh soal yang membutuhkan keterampilan melakukan perhitungan matematis pada bahan kajian ini, ada berbagai keterampilan melakukan perhitungan matematis yang diperlukan untuk dikuasai siswa yang digunakan dalam bahan kajian Energi, yaitu: (1) Menjumlahkan bilangan bulat atau bilangan desimal. (2) Mengurangkan bilangan bulat atau bilangan desimal. (3) Mengalikan bilangan bulat atau bilangan desimal atau bilangan pecahan. (4) Membagi bilangan bulat atau bilangan desimal. (5) Mengkuadratkan bilangan bulat atau bilangan desimal (6) Menghitung akar kuadrat.

C. Hipotesis Tindakan
Melalui task analysis (analisis tugas) yang dilakukan oleh guru pada saat merencanakan pembelajaran dan penerapan hasilnya pada saat melaksanakan pembelajaran diduga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa Kelas I SMPN 4 Danau Panggang.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa Kelas I SMPN 4 Danau yang berjumlah 23 orang. Penelitian dilakukan pada semester 2, bahan kajian Gaya dan Tekanan; serta bahan kajian Energi Kurikulum 1994, dari bulan Januari sampai dengan Maret 2006 (lihat Lampiran 1).

B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus melalui tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Tahapan-tahapan penelitian ini merupakan adopsi dari alur PTK oleh Kemmis & McTaggart (1988) dalam Sukidin, dkk. (2002).

C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah: (1) Soal Tes Diagnostik Kemampuan Matematis. Tes diagnostik kemampuan matematis ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan perhitungan matematis yang telah dimiliki siswa. Ada 2 buah yang digunakan yaitu tes diagnostik keterampilan perhitungan matematis untuk bahan kajian Gaya dan Tekanan; serta tes diagnostik keterampilan perhitungan matematis untuk bahan kajian Energi. (2) Soal Ulangan Harian. Ada 2 soal ulangan harian yang digunakan yaitu soal ulangan harian untuk bahan kajian Gaya dan Tekanan, serta pretes untuk bahan kajian Energi

D. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan 1 (pada Siklus I) dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Pada awal pembelajaran pertemuan pertama bahan kajian Gaya dan Tekanan, siswa diminta untuk menjawab pretes singkat yang berisi Soal Pretes Keterampilan Perhitungan Matematis untuk bahan kajian Gaya dan Tekanan. Setelah 15 menit diberi waktu menjawab siswa diminta untuk menukarkan jawabannya dengan lembar jawaban teman sebelahnya. Guru kemudian menyebutkan kunci jawaban masing-masing butir soal, lalu meminta siswa mengecek setiap jawaban pada lembar jawaban tersebut apakah betul atau salah. Setelah selesai guru peneliti kemudian merekapitulasi jumlah siswa yang menjawab benar dan salah untuk setiap butir soal dengan cara meminta siswa mengangkat tangan. Berdasarkan rekapitulasi jawaban siswa yang salah dan benar ini guru peneliti akan menentukan keterampilan matematis mana yang perlu ditingkatkan. Bimbingan dan pelatihan akan diberikan pada pertemuan-pertemuan selanjutnya sesuai dengan urutan logis materi yang akan diajarkan.

Jika ≥ 25% siswa (≥ 6 orang) mengalami kesulitan atau belum menguasai keterampilan tersebut maka guru perlu memberikan bimbingan dan pelatihan secara klasikal. Tetapi jika ≤ 6 orang siswa yang mengalami kesulitan atau belum menguasai keterampilan tersebut maka guru hanya memberikan bimbingan dan pelatihan secara individual kepada siswa yang mengalami kesulitan. Batas 6 orang siswa ini dipilih karena merupakan jumlah yang kira-kira mampu ditangani oleh guru peneliti untuk memberikan bimbingan individual dan pemanfaatan tutor sebaya.

Tindakan 2 (pada Siklus II) dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Pada awal pembelajaran pertemuan pertama bahan kajian Energi, seperti pada tindakan 1 di Siklus I, pada Siklus II ini siswa juga diminta untuk menjawab pretes singkat yang berisi Soal Pretes Keterampilan Perhitungan Matematis untuk bahan Energi. Setelah 15 menit diberi waktu menjawab siswa diminta untuk menukarkan jawabannya dengan lembar jawaban teman sebelahnya. Guru kemudian merekapitulasi jumlah siswa yang menjawab benar dan salah seperti pada Siklus I. Kemudian berdasarkan rekapitulasi jawaban siswa yang salah dan benar ini guru peneliti akan menentukan keterampilan matematis mana yang perlu ditingkatkan pada Siklus II ini.

Kriteria jumlah siswa yang sama seperti pada Siklus I juga dipakai untuk menentukan apakah bimbingan dan pelatihan diberikan secara klasikal; atau individual dan pemanfaatan tutor sebaya pada Siklus II.
Langkah-langkah pelaksanaan tindakan ini tergambar secara implisit di dalam Rencana Pembelajaran (RP).

E. Analisis Data dan Refleksi
Data yang diperoleh dari hasil Tes Diagnostik Keterampilan Perhitungan Matematis berupa jawaban siswa, baik untuk bahan kajian Gaya dan Tekanan, maupun untuk bahan kajian Energi akan menunjukkan langkah selanjutnya yang harus ditempuh oleh guru peneliti. Berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan siswa guru peneliti dapat memutuskan apakah siswa memerlukan bimbingan dan pelatihan atau tidak untuk sub-sub keterampilan tertentu. Jika mereka memerlukan bimbingan dan pelatihan, guru peneliti kemudian menentukan lagi apakah bimbingan dan pelatihan diberikan secara klasikal ataukah hanya secara individual dan pemanfaatan tutor sebaya.
Data yang diperoleh dari instrumen Soal Ulangan Harian berupa jawaban siswa, baik untuk bahan kajian Gaya dan Tekanan, maupun untuk bahan kajian Energi di analisis dengan menggunakan Analisis Ulangan. Hasilnya analisis akan menunjukkan apakah usaha guru dalam menerapkan task analysis (analisis tugas) dapat membantu meningkatkan hasil belajar fisika pada butir-butir soal yang memerlukan keterampilan perhitungan matematis maupun hasil belajar fisika secara umum.

Refleksi yang dilakukan didasarkan pada hasil observasi dan analisis data yang diperoleh Siklus I dan Siklus II. Refleksi 1 dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Refleksi juga dilakukan untuk melihat kelemahan-kelemahan yang terjadi pada Siklus I untuk dapat diperbaiki pada Siklus II. Hasil refleksi Siklus I dipakai untuk menyusun rencana pada Siklus II.

BAB. IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian
1. Siklus I
Pada awal pembelajaran untuk bahan kajian Gaya dan Tekanan dilakukan tes diagnostik kemampuan matematis. Hasil tes yang telah dianalisis menunjukkan bahwa kemampuan matematis untuk keterampilan menghitung akar kuadrat (butir soal 4.b.); membagi bilangan bulat di mana pembagi lebih besar daripada bilangan yang dibagi (butir soal 5.b.); membagi bilangan desimal di mana pembagi lebih kecil daripada bilangan yang dibagi (butir soal 5.c.); membagi bilangan desimal di mana pembagi lebih besar daripada bilangan yang dibagi (butir soal 5.d.); mengalikan bilangan bulat (butir soal 6.a.) mengalikan bilangan desimal (butir soal 6.b.). masih belum dikuasai oleh ≥ 25% siswa, dengan demikian keterampilan-keterampilan ini akan diajarkan secara klasikal melalui model pembelajaran langsung (direct instruction).
Kemampuan matematis untuk keterampilan menjumlahkan bilangan desimal (butir soal 1.b.); mengurangkan bilangan desimal (butir soal 2.b.); dan mengkuadratkan bilangan bulat (butir soal 3.a. dan 3.b.) telah dikuasai oleh ≥ 75% siswa, sehingga dengan demikian keterampilan-keterampilan ini akan diajarkan secara individual oleh guru atau lewat tutor sebaya (teman yang duduk berdekatan yang sudah menguasai keterampilan ini) melalui latihan-latihan soal yang diberikan.
Kemampuan matematis untuk keterampilan menjumlahkan bilangan bulat (butir soal 1.a.); dan mengurangkan bilangan bulat (butir soal 2.a.) telah dikuasai oleh seluruh (100%) siswa sehingga tidak diperlukan pembimbingan lagi.

Pelatihan dan pembimbingan yang diberikan untuk memperbaiki kemampuan matematis siswa ternyata menunjukkan hasil yang bagus. Ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian yang diberikan pada akhir bahan kajian. Sebelum tindakan I (bahan kajian Gerak), rata-rata skor ulangan harian (seluruh soal) adalah 6,98. Untuk soal-soal yang berhubungan dengan keterampilan matematis, rata-rata skor yang diperoleh adalah 6,45. Setelah diberikan tindakan I rata-rata skor ulangan harian (seluruh soal) adalah 7,74. Untuk soal-soal yang berhubungan dengan keterampilan matematis, rata-rata skor yang diperoleh adalah 7,60.

Walaupun penerapan task analysis (analisis tugas) pada Siklus I menunjukkan adanya keberhasilan, di dalam pelaksanaannya guru masih mengalami beberapa kendala. Kendala-kendala yang dialami oleh guru peneliti pada Siklus I ini adalah: (1) Walaupun sudah diminta untuk menghafal perkalian 1-10, beberapa siswa masih kesulitan ketika diminta menjawab atau menyelesai-kan soal-soal yang berkaitan dengan perkalian bilangan bulat di atas perkalian 5 (perkalian 6 – 9). Kemungkinan Solusi yang dapat dipilih : Dari hasil diskusi dengan seorang teman sejawat yang merupakan seorang guru matematika, guru peneliti memperoleh tips mudah untuk mengajarkan perkalian bilangan bulat dari perkalian 6 – 9, kepada siswa. (2) Siswa yang diminta menjadi tutor sebaya bagi temannya masih belum berfungsi dengan baik. Kemungkinan Solusi yang dapat dipilih: Meminta siswa untuk lebih bersikap kooperatif, dan menjadikan sifat penolong sebagai sifat yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap siswa.

2. Siklus II
Hasil tes diagnostik kemampuan matematis untuk bahan kajian Energi yang telah dianalisis menunjukkan bahwa kemampuan matematis untuk keterampilan membagi bilangan desimal di mana pembagi lebih kecil daripada bilangan yang dibagi (butir soal 4.c.); membagi bilangan desimal di mana pembagi lebih besar daripada bilangan yang dibagi (butir soal 4.d.); masih belum dikuasai oleh ≥ 25% siswa, dengan demikian keterampilan-keterampilan ini, seperti pada Siklus I juga akan diajarkan secara klasikal melalui model pembelajaran langsung (direct instruction).

Kemampuan matematis untuk keterampilan menjumlahkan bilangan desimal (butir soal 1.b.); mengurangkan bilangan desimal (butir soal 2.b.); dan mengkuadratkan bilangan bulat (butir soal 3.a. dan 3.b.) membagi bilangan bulat di mana pembagi lebih besar daripada bilangan yang dibagi (butir soal 4.b.); mengalikan bilangan bulat (butir soal 5.a); mengalikan bilangan desimal (butir soal 5.b) telah dikuasai oleh ≥ 75% siswa, sehingga dengan demikian keterampilan-keterampilan ini akan diajarkan secara individual oleh guru atau lewat tutor sebaya (teman yang duduk berdekatan yang sudah menguasai keterampilan ini) melalui latihan-latihan soal yang diberikan.Kemampuan matematis untuk keterampilan menjumlahkan bilangan bulat (butir soal 1.a.); dan mengurangkan bilangan bulat (butir soal 2.a.); membagi bilangan bulat di mana pembagi lebih kecil daripada bilangan yang dibagi (butir soal 4.a.) telah dikuasai oleh seluruh (100%) siswa sehingga tidak diperlukan pembimbingan lagi.

Pelatihan dan pembimbingan yang diberikan untuk memperbaiki kemampuan matematis siswa baik secara klasikal maupun secara individual pada Siklus II ini ternyata menunjukkan hasil yang lebih baik dibanding hasil yang diperoleh pada Siklus I. Ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian yang diberikan pada akhir bahan kajian. Pada Siklus I (bahan kajian Gaya dan Tekanan), rata-rata skor ulangan harian (seluruh soal) adalah 7,74. Untuk soal-soal yang berhubungan dengan keterampilan matematis, rata-rata skor yang diperoleh adalah 7,60. Setelah diberikan tindakan 2 rata-rata skor ulangan harian (seluruh soal) adalah 8,50. Untuk soal-soal yang berhubungan dengan keterampilan matematis, rata-rata skor yang diperoleh adalah 8,60.

Penerapan task analysis (analisis tugas) pada Siklus II menunjukkan adanya keberhasilan yang lebih baik dibanding keberhasilan yang telah dicapai pada Siklus I. Jadi secara keseluruhan, penerapan task analysis (analisis tugas dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas I SMPN 4 Danau Panggang (Gambar 2). Kendala-kendala yang dialami oleh guru peneliti pada Siklus I tidak lagi ditemukan dalam intensitas yang dapat mengganggu proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

B. Pembahasan
Analisis tugas yang dilakukan guru untuk mengidentifikasi sub-sub keterampilan yang diperlukan oleh siswa sebagai keterampilan prsyarat untuk menguasai kemampuan menyelesaikan soal-soal hitungan fisika pada bahan kajian Gaya dan Tekanan; serta bahan kajian Energi telah dapat membantu siswa untuk belajar setahap demi setahap. Kemampuan untuk menyelesaikan soal-soal hitungan fisika adalah sebuah keterampilan yang kompleks. Ada keterampilan-keterampilan bagian (sub-sub keterampilan) yang harus dikuasai oleh siswa terlebih dahulu. Sub-sub keterampilan tersebut salah satunya adalah keterampilan matematis. Keterampilan matematis sendiri masih terdiri dari beberapa sub keterampilan seperti keterampilan mengalikan bilangan bulat, membagi bilangan bulat, dan lain sebagainya.

Hasil tes diagnostik kemampuan matematis yang diberikan guru peneliti di awal pembelajaran setiap bahan kajian telah membantu guru untuk menentukan berapa dan siswa mana saja yang memerlukan bimbingan dan pelatihan, serta cara memberikan bimbingan dan pelatihan, apakah secara klasikal ataukah secara individual dan pemanfaatan tutor sebaya. Lewat hasil tes diagnostik ini pula dapat dilihat keterampilan matematis mana yang telah atau yang belum dikuasai oleh siswa. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Arends (2001) bahwa analisis tugas dapat membantu guru untuk menentukan dengan tepat apa-apa saja yang dibutuhkan oleh siswa untuk dapat melakukan keterampilan kompleks yang diharapkan.

Peningkatan nilai rata-rata soal-soal ulangan harian yang berhubungan dengan keterampilan matematis, soal-soal yang tidak berhubungan dengan keterampilan matematis dan seluruh soal (rata-rata ulangan harian) menunjukkan bahwa seperti yang disebutkan oleh Arends (2001), bahwa untuk mengembangkan pemahaman yang mudah dan pada akhirnya penguasaan akan sebuah keterampilan kompleks, maka keterampilan yang kompleks tadi harus terlebih dahulu dibagi-bagi menjadi komponen-komponen bagian, sehingga dapat diajarkan berurutan dengan logis dan tahap demi tahap. Peningkatan nilai rata-rata ini juga sesuai dengan pendapat Kardi & Nur, (2001) bahwa guru yang efektif dan berhasil dalam mengajar harus selalu berpegang pada prinsip analisis tugas, yaitu bahwa banyak keterampilan yang terdiri atas sejumlah keterampilan bagian, dan siswa tidak akan dapat melaksanakan keterampilan tersebut secara utuh jika ada keterampilan bagian (sub keterampilan) yang belum dikuasai dengan baik (Kardi & Nur, 2001).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan hasil task analysis (analisis tugas) dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa Kelas I SMPN 4 Danau Panggang pada bahan kajian Gaya dan Tekanan; serta bahan kajian Energi.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disarankan kepada guru untuk menerapkan hasil task analysis (analisis tugas) untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa Kelas I SMPN 4 Danau Panggang pada bahan kajian Gaya dan Tekanan; serta bahan kajian Energi.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I., 2001. Learning to Teach. 5th edition. Boston: McGraw Hill.
Arikunto, S. dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Depdiknas. 2005.a. Materi Pelatihan Terintegrasi IPA, Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Direktorat PLP.
Depdiknas. 2005.b. Materi Pelatihan Terintegrasi IPA, Model-Model Pengajaran dalam Pembelajaran IPA. Jakarta: Direktorat PLP.
Depdiknas. 2005.c. Materi Pelatihan Terintegrasi IPA, Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Direktorat PLP.
Kardi, S. & Nur, M., 2001. Pengajaran Langsung. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program Pascasarjana Unesa, University Press.
Kauchack, Donald P., & Eggen, Paul D. 1993. Learning and Teaching. 2nd Edition. Boston: Allyn and Bacon.
Sukidin dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendekia.
INOVASI PEMBELAJARAN MIPA DI SEKOLAH DAN ALTERNATIF IMPLEMENTASINYA -Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)
INOVASI PEMBELAJARAN MIPA DI SEKOLAH DAN ALTERNATIF IMPLEMENTASINYA

Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)

Pada Cooperative Learning siswa bekerja bersama-sama dalam team yang beranggotakan 4 atau 5 siswa. Cooperative Learning is a succesful teaching strategy in wich small teams, each with students of different levels of ability, use a variety of learning activities to improve the understanding of a subject. Each members of a team is responsible not only for learning what is taught but also for helping teammates learn, yhus creatung an atmosphere of achievement. (http://www.ed.gov). Pada definisi tersebut terkandung pengertian bahwa dalam belajar kooperatif
banyaknya anggota kelompok kecil, kemampuan anggota-anggota kelompok yang berbeda, menggunakan aktivitas belajar yang bervariasi untuk meningkatkan pemahaman diri. Setiap anggota kelompok tidak hanya bertanggung jawab pada belajar sendiri tetapi juga membantu teman satu team yang lain dalam belajar, sehingga tercipta suasana sukses.

Definisi lain dikemukakan oleh Roger T. Johnson dan David W. Johnson (http://www.co_operation.org), bahwa: Cooperative learning is a relationship in a group of students that requires positive interdependence (a sense of sink or swim together), individual accountability (each of us has to contribute and learn), interpersonal skills (communication, fruit, leadership, decision making, and conflict resolution), face to face promotive interaction and processing (reflection on how well the team is functioning and how to function even better). Pada definsi ini terkandung
pemahaman bahwa dalam belajar kooperatif tercipta kerjasama yang baik antar anggota team ada ketergantungan saling memerlukan yang positip (menanamkan rasa kebersamaan), tanggung jawab masing-masing anggota (setiap anggota memiliki sumbangan dan belajar), keterampilan hubungan antar person (komunikasi, keberhasilan, kepemimpinan, membuat keputusan, dan penyelesaian konflik),
 tatap muka menaikkan interaksi dan pengolahan data.

Slavin mengemukakan bahwa: Cooperative Learning refers to a variety of teaching methods in which students work in a small groups to help one another learn academic content. In cooperative classrooms, student are expected to help each other, to discuss and argue with each other, to assess each other’s current knowledge in fill in gaps in each other understanding.

Belajar bekerjasama berkenaan dengan berbagai macam metode pembelajaran yang perwujudan realnya siswa bekerja dalam group-group kecil dan saling membantu belajar materi akademis. Dalam kerjasama dalam bentuk kelas, partisipasi yang diharapkan dari siswa adalah saling membantu satu sama lain, berdiskusi dan berargumentasi satu sama lain, saling menilai pengetahuan dan perbedaan pemahaman satu sama lain.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik simpulan bahwa dalam pembelajaran kooperatif memiliki unsur-unsur:
1. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4 sampai 5 orang untuk efektifitas kelompok dalam belajar. Anggota kelompok yang terlalu besar tidak menjamin adanya kerja belajar yang efektif.
2. Setiap anggota kelompok memiliki rasa ketergantungan dalam kelompok, keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh kekompakan anggota-
anggota dalam kelompok tersebut.
3. Diperlukan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok, kesadaran tanggung jawab masing-masing anggota kelompok dalam belajar sangat mendukung keberhasilan kelompok.
4. Terdapat kegiatan komunikasi tatap muka baik antar anggota kelompok daslam kelompok maupun antar kelompok. Adanya komunikasi ini dapat
mendorong terjadinya interaksi positip, sesama siswa dapat lebih saling mengenal, masing-masing siswa saling menghargai pendapat teman,
menerima kelebihan dan kekurangan teman apa adanya, menghargai perbedaan pendapat yang selalu terjadi dalam kehidupan. Siswa saling
asah, saling asih dan saling asuh.
5. Anggota-anggota kelompk berlatih untuk mengevalusi pedapat teman, melalui adu argumentasi, belajar menerima hasil evaluasi dari teman sesama anggota kelompok, pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa toleransi pendapat dan bergaul dalam hidup bermasyarakat.

Dari 5 hal di atas dapat ditarik simpulan bahwa lewat pembelajaran kooperatif, di samping diperoleh pencapaian aspek akademik yang tinggi di kalangan siswa, juga bermakna dalam membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dalam hubungannya dengan sesama. Adapun dalam model pembelajaran kooperatif ini peran guru yang dapat ditampilkan antara lain :

Terkait dengan Cooperative Learning, Slavin mengemukakan beberapa model, antara lain:
1). Student Teams-Achievement Divisons, yang memiliki 5 komponen, yaitu: (a). Class Presentation (presentasi kelas); (b). Teams (kelompok); (c) quizzes (kuis); (d) individual improvement scores (peningkatan skore individu); (e). Team recognition (penghargaan kelompok).